Teknologi digital memberikan banyak kemajuan di mana salah satunya adalah kemudahan dalam mendapatkan produk impor. Tidak seperti beberapa tahun silam, ketika mendapatkan sebuah produk luar negeri menjadi sebuah pengalaman yang penuh perjuangan. Sekarang, untuk mendapatkan produk impor bisa Anda lakukan hanya dengan menggunakan smartphone saja, ditambah dengan regulasi yang semakin meringankan beban bea, membuat masyarakat semakin mudah untuk mendapatkan barang-barang dari luar negeri.
Namun di balik kemudahan tersebut, ada kekhawatiran dari para pengusaha dalam negeri. Ini karena produk impor di Indonesia semakin menjamur, membanjiri pasar-pasar lokal dengan penjualan melalui social media atau toko-toko online. Tentu hal ini tidak boleh dibiarkan agar para pelaku UMKM tetap bisa merdeka dan bisa mengembangkan usaha mereka di negeri sendiri.
Terjepit Economy Cold War, bagaimana sikap Indonesia?
Kekhawatiran ini juga ditangkap oleh Arsjad Rasjid. Apalagi dirinya sebagai Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, yang tentu saja harus memberikan proteksi terhadap pertumbuhan pengusaha dan ekonomi negara kita. Berbicara kepada detik.com lewat wawancara bertajuk ‘Bongkar Sosok Capres RI Pilihan Pengusaha’ Arsjad mengatakan bahwa saat ini Indonesia sedang terhimpit oleh peperangan antara Tiongkok dan Amerika Serikat. Bukan berperang dengan senjata api tetapi menggunakan ekonomi.
Indonesia sendiri saat ini berkomitmen untuk tetap fair terhadap kedua negara tersebut dengan aktif melakukan perdagangan, tanpa memandang blok Tiongkok atau blok AS. Karena itu, Arsjad berpendapat bahwa kita harus siap dengan produk-produk usaha serta memanfaatkan digitalisasi untuk membanjiri pasar dunia.
Hadapi banjir produk impor, UMKM lokal harus lebih pede
Namun kenyataan di lapangan, justru saat ini banyak barang dengan harga murah dari negara lain yang membanjiri pasar kita. Dengan harga yang murah mereka menarik minat pembeli sehingga dengan sangat mudah mengekspansi pasar sekaligus kompetisi dagang di Indonesia.
“Ya mungkin salah kita karena kita kurang produk,” ujar Arsjad.
Meski tak sebanyak Tiongkok, Arsjad tetap bangga bahwa Indonesia memiliki potensi jumlah pengusaha dengan produk-produk mereka. Ia bercerita pengalamannya mengunjungi pameran produk kecantikan di mana peserta dan produknya dikuasai oleh pemain lokal.
“Kita mesti punya percaya diri dan kita bisa. Ini yang harus kita miliki,” lanjutnya.
Dalam hal kepercayaan diri, Arsjad menjelaskan bahwa sumber daya manusia Indonesia harus berani dalam hal kepemimpinan. Dengan kemampuan dan kepercayaan diri dalam memimpin, akan muncul keberanian dalam melakukan berbagai hal, termasuk menguasai pasar.
Ketika ditanya mengenai ancaman dari kompetitor kuat di perdagangan, yaitu Tiongkok, yang bisa mematikan UMKM lokal, Ketua Umum Kadin Indonesia tersebut mengatakan bahwa Indonesia harus bisa menjaga pasarnya sendiri.
“Kita harus bisa menjaga pasar kita. 270 juta manusia. Belum lagi kalau kita bicara pasar ASEAN, 650 juta (jiwa). Bayangin, jualan di sini saja cukup, dong. Dengan demikian pasar ini harus dijaga,” terang Arsjad.
Alasan kita harus menjaga pasar domestik dan regional adalah kemungkinan produsen luar negeri menggunakan celah regulasi yang bisa menekan biaya hingga seminimal mungkin. Akhirnya ketika diperdagangkan di sini, harga yang ditawarkan menjadi sangat murah dan sulit diimbangi oleh pengusaha lokal.
Gotong royong untuk satukan kekuatan pengusaha Indonesia
Lebih lanjut Arsjad mengatakan, andai produk impor tersebut tidak memiliki celah yang mengakali regulasi serta oknum tidak bertanggung jawab, masihkah mereka mampu untuk membanjiri pasar kita dengan barang-barang berharga murah?
“Kita mesti punya kesadaran bahwa dengan membiarkan (produk impor) begitu saja masuk, tanpa harus bea masuk dan lain-lain. Ini harus kita stop,” tegasnya.
Dalam hal ini, Arsjad menekankan pentingnya menyadarkan oknum-oknum yang memberi kemudahan pada arus masuk produk impor.
“Tolong bayangkan, waktu Anda membiarkan itu (produk impor) masuk ke Indonesia, berarti Anda membunuh yang namanya UMKM Indonesia,” imbuh Arsjad.
Bagi Arsjad, sudah saatnya bagi kita semua menyadari pentingnya menjaga pasar dan para pengusaha lokal. Selain itu, pengusaha-pengusaha Indonesia juga harus lebih kompetitif dalam mengembangkan dan memasarkan produknya.
BACA JUGA: Tips Agar Produk Lokal Tak Lagi Dipandang Sebelah Mata
Arsjad juga menekankan mengenai pentingnya nilai gotong royong dalam menghadapi tantangan ini, mengedepankan kolaborasi yang inklusif dalam berbagai hal. Bukan hanya dalam menghadapi banjirnya produk impor, tetapi juga ketika para pengusaha Indonesia ingin berinvestasi dan berdagang di luar negeri. Tetap menyatukan pikiran sebagai sesama putera Indonesia untuk kemajuan bersama.