Impian untuk mewujudkan generasi emas di tahun 2045 menghadirkan berbagai permasalahan Indonesia. Tantangan-tangan yang harus kita hadapi sebagai ujian sekaligus ajang untuk memperlihatkan seberapa besar kesiapan bangsa ini untuk menjadi negara maju di usia 100 tahun kemerdekaannya.
Dalam setiap problematika tentu ada levelnya. Dari ringan hingga berat, dari yang mudah hingga yang bisa bikin pusing kepala. Begitu juga dengan permasalahan Indonesia dalam melangkah menuju cita-cita tersebut, pasti juga ada banyak liku-likunya.
Sumber daya manusia, permasalahan Indonesia yang paling berat
Apa permasalahan Indonesia terberat yang kita hadapi saat ini? Arsjad Rasjid, pengusaha sukses yang kerap berbagi inspirasi untuk anak muda mencoba menjawab pertanyaan tersebut, sekaligus memberi kunci jawaban agar semakin mudah bagi kita untuk menemukan jalan terbaik untuk melangkah.
Lewat perbincangan seru dalam podcast YouTube CXO Media bertema ‘Menjadi Pemain Utama di Pasar Dunia,’ Arsjad Rasjid mendapat pertanyaan dari host, Putri Tanjung, mengenai tantangan-tantangan yang harus dihadapi generasi Indonesia masa kini. Terutama ketika seperti saat ini, Indonesia memiliki banyak sumber daya, pemimpin-pemimpin, serta banyak UMKM unggulan.
“After meeting a lot of people, bertukar pikiran sama delegasi-delegasi ASEAN, sebenarnya what’s the biggest CHALLENGE yang Indonesia lagi hadapi sekarang, and what can we do?” tanya Putri Tanjung.
Menjawab pertanyaan tersebut, Arsjad mencoba menggambarkan bahwa tantangan yang dihadapi saat ini sangat luas. Bukan hanya berlaku bagi Indonesia saja, namun juga seluruh ASEAN.
“Menjadi challenge of ASEAN. Itu adalah sumber daya manusia. Balik lagi, orang, people,” jawab Arsjad.
Pilihan anak muda kunci kesuksesan masa depan Indonesia
Ketua Umum PB Perpani tersebut kemudian mencoba memberikan contoh tentang demographic defidence, mengenai Pemilihan Umum yang akan terjadi di tahun 2024 nanti. 30% dari pemilih adalah mereka yang akan mencoblos untuk pertama kalinya, 30% berikutnya adalah pemilih yang akan melakukan Pemilu untuk kedua kalinya. Bisa ditarik kesimpulan bahwa 60% voters adalah generasi muda Indonesia.
Dengan adanya para pemilih baru, muncul permasalahan Indonesia yang baru. Bagi Arsjad, ini berkaitan dengan kesiapan negara kita dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0.
“What is it about this Revolusi Industri basically digitalization. Positifnya bagus. Productivity akan naik, akan lebih efisien, lebih keren, lebih asyik. Dan semuanya digital,” ucap Arsjad.
Namun kita tidak berhenti pada sisi positif saja karena Arsjad mengingatkan bahwa ini adalah permasalahan Indonesia yang akan menjadi tantangan di masa mendatang.
“Tapi apa yang terjadi on the other side of the coin? Lapangan pekerjaan akan berkurang. Kenapa? Ya tadi, otomatisasi, digitalisasi, ada lagi AI dan sebagainya. Lebih lagi, the skill akan berbeda yang dibutuhkan,” tutur pria yang memiliki darah Palembang tersebut.
Tantangan yang bisa menjadi bencana bagi industri Indonesia
Yang mengkhawatirkan, tantangan-tantangan tersebut bisa menjadi awal dari ‘bencana’ bagi Indonesia bila tidak ditangani secara baik dan benar.
“Ini bisa terjadi revolusi sosial. Kalau kita tidak melakukan sesuatu, bukan Revolusi Industri,” imbuhnya.
Beberapa poin yang digarisbawahi oleh Arsjad dalam menghadapi ‘calon’ permasalahan Indonesia di masa depan ini adalah, pertama dengan melakukan upskilling bagi para pekerja dan buruh. Tentunya dengan imbal balik, mereka akan memiliki lebih banyak kemampuan kerja yang pasti bisa digunakan dalam Revolusi Industri 4.0.
Selanjutnya, Arsjad juga menyarankan bagi generasi yang sedang bersiap memasuki dunia kerja. Mereka juga memerlukan upskill agar mereka bisa lebih memaksimalkan potensi mereka di jenjang karir.
Tingkatkan kualitas SDM, Indonesia butuh Peta Skill
Agar usaha meningkatkan kemampuan sumber daya manusia Indonesia menjadi lebih baik lagi, Arsjad menambahkan satu syarat lagi, yaitu dengan mempersiapkan peta skill. Ini penting agar generasi muda atau kaum pekerja yang ingin berjalan bersama dengan Revolusi Industri 4.0 bisa mengetahui dan memahami apa sayang yang dibutuhkan sebagai persiapan untuk menuju ke sana.
“Sekarang kita mesti tahu dulu, kita mau ngapain, sih, Indonesia? Industrialisasi Indonesia mau ke mana? Industri mana, sektor mana, yang mau kita masuk itu semua. Dari situ baru bisa kita bilang, teknologi yang dibutuhkan adalah ABC. Setelah itu baru tahu skill apa yang dibutuhkan,” jelas Arsjad.
BACA JUGA: Alasan Indonesia Butuh Sistem Kesehatan yang Tangguh Menurut Arsjad Rasjid
Dengan memiliki peta skill akan lebih mudah bagi Pemerintah untuk menciptakan program-program yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan dunia kerja Indonesia sehingga Revolusi Industri bisa berjalan dengan semestinya.
“Kalau kita sudah punya peta skill, baru bisa kita programkan untuk vokasi, untuk lain-lain,” pungkasnya.