News

Menggali Potensi dan Ancaman Sora AI di Masa Depan dari Pandangan Arsjad

Kecerdasan buatan termutakhir bernama Sora AI memiliki kecanggihan sebagai generator video hanya dengan perintah teks. Sora mampu menghasilkan video dengan durasi maksimal 1 menit. Tak main-main, kualitas yang dihasilkan bisa setara dengan produksi cinematic studio, pengguna hanya cukup mengetik adegan yang diinginkan.

Arsjad Rasjid pun mengajak followers-nya untuk membahas produk terbaru dari Open AI yang dirilis pada Februari lalu tersebut. Apakah nantinya Sora AI bisa memberikan efisiensi bagi kehidupan manusia? Atau malah menjadi bumerang bagi keberlangsungan beberapa lapangan pekerjaan di bidang kreatif?

Mengenal kecanggihan Sora AI

“Jika kita bandingkan dengan teknologi video lainnya yang ada saat ini, Sora AI jelas memimpin,” ujar Arsjad Rasjid dalam video reels di Instagram pribadinya.

Hal ini ia paparkan usai menjelaskan bagaimana Sora, bisa membuat video dengan hasil yang lebih realistis, mengandung dimensi yang kompleks dan imajinatif tanpa perlu banyak kita modifikasi.

Nama Sora diambil dari bahasa Jepang yang berarti ‘langit’. Tim Brooks dan Bill Peebles memilih nama ini dengan visi bahwa produk buatannya menunjang unlimited creativity atau kreativitas tanpa batas.

Bila sebelumnya Chat GPT bisa membantu kita menghasilkan teks dengan lebih efisien, tanpa perlu banyak mengulik referensi dan literatur, dengan Sora, kita bahkan bisa membuat video kualitas pro dengan lebih effortless.

“Tapi terobosan luar biasa ini juga punya dua sisi mata uang,” Arsjad Rasjid mengingatkan lagi. Sebuah potensi dari teknologi yang mungkin kita sadari bersama-sama, apakah ini akan menjadi game changer atau malah jadi ancaman?

Meningkatkan produktivitas, tetapi juga punya efek samping

Keberadaan Sora AI semestinya memang bisa meningkatkan produktivitas di bidang konten dan multimedia. Selain menghemat waktu, juga mengurangi biaya produksi lainnya.

Namun alih-alih sebagai game changer, tanpa persiapan lainnya, ada banyak ancaman. Di antaranya, berpotensi mengancam profesi seniman dan konten kreator.

Contoh yang dipaparkan Arsjad adalah potensi kemunculan berbagai video hoaks yang saat ini saja sudah marak beredar. Penggunaan sejenis AI seperti deep fake dengan sosok terkenal yang bisa menimbulkan misinformasi dan trust issue di kalangan netizen.

Arsjad menambahkan, apabila kecepatan perkembangan teknologi ini tidak diimbangi dengan perlindungan hukum, dikhawatirkan malah akan merugikan banyak pihak.

Pandangan para peneliti dan akademisi tentang manfaat dan ancaman Sora AI

Sora baru pertama kali ditunjukkan oleh CEO Open AI, Sam Altman, pada kalangan terbatas. Dengan tujuan agar tim mendapatkan masukan tentang produk mereka sebelum benar-benar rilis untuk publik.

Berikut ini beberapa pandangan plus minus Sora dari pandangan para akademisi dan peneliti berbagai negara yang juga bisa menjadi alert bagi kita.

Video hoaks Pemilu

Yang cukup krusial adalah efek hoaks di masa Pemilu. Hal ini disampaikan Oren Etzioni dari University of Washington yang mengkhawatirkan maraknya penggunaan teknologi tersebut untuk penyebaran video informasi yang keliru. Sebenarnya pihak Sora sudah memberikan fitur watermark untuk video yang berhasil di-generate.

Namun mereka sendiri mengakui adanya potensi bahwa watermark tersebut bisa dihilangkan. Ancaman ini sejalan dengan pernyataan Arsjad, tentang pentingnya perlindungan hukum guna mengantisipasi efek samping video Sora.

Perubahan tren industri konten

Pakar lain dari firma riset ABI Research, Reece Hayden, memberikan gambaran bagaimana Sora bisa mengubah tren industri konten.

Di mana konten video seperti ini akan bisa digunakan sebagai pendukung program bernarasi seperti berita atau info trivia. Manfaat tersebut bisa menjanjikan bagi industri entertainment atau pertelevisian.

Lonjakan PHK

Yang terakhir, sudah banyak diperkirakan dan menjadi keresahan, adalah kemungkinan adanya PHK. Proses pembuatan video dengan cara saat ini saja sudah cukup memangkas jumlah SDM yang digunakan. Bila produk ini dirilis ke pasaran dan industri menggunakannya, maka berapa banyak lapangan kerja yang akan terhempas?

Kondisi ini pernah digambarkan saat DALL-E dan Midjourney sebagai kecerdasan buatan penghasil produk foto dan visual, membuat banyak seniman terpaksa kehilangan pekerjaan mereka.

BACA JUGA: Bagaimana Pekerjaan Masa Depan dengan Adanya AI? Begini Pendapat Arsjad

Nah, seberapa siap kita menyambut Sora AI sebagai kemajuan teknologi, tapi sekaligus kompetitor profesi di bidang kreatif saat ini? Semoga tetap optimis bahwa kreativitas manusia bagaimanapun juga tidak akan kalah dengan kecerdasan buatan.

You may also like

More in News