Stoic adalah salah satu topik yang semakin banyak dibahas dalam upaya menjaga keseimbangan hidup belakangan ini. Dunia yang berputar dengan cepat dan berbagai tantangan kehidupan, membutuhkan katalisator agar tidak mudah burnout.
Filosofi stoic berasal dari Yunani kuno yang menawarkan wawasan menavigasi mindset dan kehidupan tetapi masih relevan untuk diterapkan di masa sekarang. Stoicism dikembangkan oleh para pemikir seperti Epictetus, Marcus Aurelius, dan Seneca.
Prinsip kebaikan stoic adalah dengan memegang empat kebajikan utama: kebijaksanaan, keberanian, keadilan, dan pengendalian diri. Nah, berikut ini adalah beberapa best practice stoisisme yang dapat kita terapkan dalam mengatasi permasalahan sehari-hari.
Daftar Isi
1. Kunci stoic adalah memahami apa yang bisa kita kendalikan
2. Praktikkan mindfulness dan keberadaan
3. Menumbuhkan disiplin dan kesabaran
4. Memandang tantangan sebagai peluang
5. Praktikkan rasa syukur dan refleksi
6. Menyederhanakan hidup dan menjadi pribadi yang terus belajar
7. Pentingnya memelihara hubungan
1. Kunci stoic adalah memahami apa yang bisa kita kendalikan
Dalam stoisisme meyakini bahwa kita lebih baik fokus pada hal yang ada dalam kendali kita, serta melepaskan hal yang tak bisa dikendalikan. Hal yang dapat kita kendalikan seperti mengatur waktu atau merespon kejadian. Sedangkan yang tak dapat dikendalikan seperti kejadian yang tak terduga.
“Filosofi Yunani kuno ini mengajarkan kita untuk menemukan kebahagiaan lewat penerimaan diri dan penolakan terhadap hal-hal yang di luar kendali kita,” ujar Arsjad Rasjid.
Dengan mampu memilah fokus pada respon maupun tindakan kita atas suatu hal, dapat membantu mengurangi munculnya tekanan dan stres yang tidak perlu.
2. Praktikkan mindfulness dan keberadaan
Dunia yang berputar dengan cepat membuat kita terlalu sibuk menjaga keseimbangan hidup, hingga lupa untuk lebih mindful. Cobalah untuk hadir secara jiwa dan raga dalam setiap kegiatan atau aktivitas yang kita lakukan.
Kurangi multitasking, atau memikirkan hal-hal yang belum tentu terjadi. Kebiasaan ini dapat melatih kita lebih fokus dan tulus dalam menjalani momen yang dilakukan. Hal ini merupakan gagasan yang disampaikan Marcus Aurelius agar kita dapat fokus pada waktu dan saat ini tanpa terbebani pikiran dan distraksi lainnya.
3. Menumbuhkan disiplin dan kesabaran
Stoic adalah pandangan yang menanamkan disiplin, di mana kita dapat menetapkan dan menghormati batas-batas kehidupan kita. Misalnya memisahkan antara urusan pekerjaan, pertemanan maupun hal pribadi lainnya.
Dengan melatih kedisiplinan, kita juga mengasah kemampuan pengendalian diri serta kesabaran. Hal ini penting bagi kita agar dapat mencapai tujuan dalam hidup atau personal goals.
Oleh karena itu, coba identifikasi apa yang menjadi tujuan hidup kita, kemudian coba menyusun dan menerapkan langkah-langkah strategis untuk mencapainya dengan tetap disiplin dan berkomitmen.
4. Memandang tantangan sebagai peluang
Dalam filsafat stoik hambatan merupakan peluang untuk bertumbuh. Saat sedang menghadapi masalah dalam pekerjaan maupun kehidupan pribadi, coba tanyakan pada diri sendiri, pelajaran berharga apa yang ada dalam situasi tersebut.
Pola pikir ini dapat membantu kita untuk memberikan respon yang lebih tepat serta mencegah timbulnya pikiran-pikiran negatif dalam diri kita.
5. Praktikkan rasa syukur dan refleksi
Salah seorang tokoh Stoisisme, Epictetus, memberikan gagasan tentang perenungan hidup dan mempraktikkan rasa syukur. Dengan melakukan refleksi atas hal yang terjadi dalam hidup, baik itu melalui proses berpikir, meditasi maupun menulis jurnal, dapat menggeser fokus kita dari apa yang kurang menjadi apa yang ada
Di sela-sela kesibukan harian, sempatkan mengambil jeda. Baik itu saat akan beribadah, istirahat atau sebelum istirahat. Renungkan peristiwa yang terjadi dan bagaimana kita mampu melaluinya, sehingga dapat menciptakan rasa yang lebih baik serta mensyukuri berkah dalam hidup kita.
6. Menyederhanakan hidup dan menjadi pribadi yang terus belajar
Melatih hidup sederhana membawa manfaat yang besar dalam keseharian kita. Kurangi melakukan hal yang tidak perlu, prioritaskan fokus pada hal yang benar-benar penting. Hal ini membantu kita mengurangi stres, sehingga dapat memaksimalkan waktu untuk kegiatan yang lebih menunjang kesejahteraan mental.
Sebagai contoh, kurangi screen time dan kontribusi pada pembahasan yang tidak berdampak langsung pada hidup kita. Alihkan energi untuk melakukan diskusi yang lebih bermanfaat dan berkualitas dengan teman maupun orang terdekat. Sehingga terbuka peluang untuk menambah wawasan atau pengalaman baru yang lebih bermanfaat.
7. Pentingnya memelihara hubungan
Stoik juga mengajarkan pentingnya memelihara hubungan antara manusia. Baik itu keluarga, teman, maupun rekan kerja. Dengan adanya hubungan yang kuat dan berkualitas, dapat menunjang support system dan perspektif yang lebih baik bagi seseorang.
Latih keterampilan komunikasi dalam berkoneksi dengan rekan kerja, teman atau orang terdekat. Kita tidak tahu dari siapa di antara mereka yang ternyata membuka peluang atau rezeki bagi kita di masa mendatang.
BACA JUGA: Penerapan Filosofi Stoicism Saat Sedang Menghadapi Kegagalan Menurut Arsjad
Stoic adalah sebuah nilai yang dapat kita integrasikan dalam keseharian secara bertahap. Mulai dengan satu kebiasaan dan bangun lagi kebiasaan baik berikutnya. Dengan demikian, kita merintis budaya hidup yang tak hanya lebih produktif, tetapi juga lebih terasa berkah dan seimbang.














