Hampir separuh hidup Arsjad Rasjid dihabiskan untuk menuntut ilmu di luar negeri, tetapi pada akhirnya ia memilih pulang ke kampung halaman karena cinta dengan kehebatan Indonesia. Hal ini pun menjadi salah satu keputusan terbesar yang mengubah kehidupan seorang Arsjad Rasjid hingga menjadi seperti sekarang.
Cerita tentang keputusannya untuk kembali di Indonesia meski sudah puluhan tahun hidup di luar negeri ini disampaikan Arsjad ketika menjadi undangan dalam video podcast YouTube The Hermansyah A6. Hal ini bermula saat ia menjelaskan bagaimana peliknya liku-liku kehidupan seorang Arsjad kecil saat sang Ayah, H.M.N Rasjid dan Ibunya, Hj. Suniawati memutuskan untuk menanamkan kedewasaan pada anaknya.
Belajar mandiri, sejak SD Arsjad sendirian di luar negeri
Masa-masa kecil Arsjad di Indonesia terbilang singkat. Ia mengenyam pendidikan dalam negeri hingga kelas 4 Sekolah Dasar. Ini sebelum kedua orang tuanya berdiskusi dengannya dan meminta Arsjad untuk melanjutkan sisa Sekolah Dasarnya di Singapura.
Kembali mengulik cerita tentang pengalamannya bersekolah di luar negeri, Arsjad hidup mandiri di Singapura hingga merampungkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama. Setelah itu, ia melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas dan berkuliah di Amerika Serikat. Sang Ayah memilihkan lembaga pendidikan yang memiliki latar belakang militer untuk meningkatkan kedisiplinan Arsjad.
Lulus sekolah setingkat SMA, Arsjad tetap tinggal di Amerika untuk berkuliah. Dua kampus yang pernah menjadi tempatnya untuk menimba ilmu adalah University of Southern California di bidang Computer Engineering pada tahun 1990 serta mendalami ilmu Administrasi Bisnis yang memberinya gelar Bachelor of Science dari Pepperdine University, California, Amerika Serikat pada tahun 1993.
Kehebatan Indonesia bikin Arsjad pulang usai kuliah di AS
Puluhan tahun hidup di luar negeri, namun pada akhirnya Arsjad Rasjid memutuskan untuk kembali ke Indonesia. Apa yang membuat dirinya mengambil keputusan tersebut?
“Tadinya pengen ambil (gelar) Master. Ayah sakit. Akhirnya saya pulang,” ucap Arsjad.
Namun sebenarnya alasan pria yang menjabat sebagai Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia itu untuk pulang ke Indonesia lebih panjang dari ayahnya yang sakit. Ia mengatakan bahwa sudah saatnya untuk kembali karena ia cinta Indonesia.
“Karena memang saya cinta Indonesia. Saya, tuh, mau bagaimana pun, daya tarik untuk kembali (pulang) itu bukan gara-gara sesuatu, tapi memang pengen pulang,” jawabnya.
Ketika ditanya alasan yang lebih mendasar tentang keputusannya untuk pulang, Arsjad melanjutkan bahwa dirinya ingin membangun bangsa. Ia menjelaskan kepada Anang bahwa kehebatan Indonesia adalah manusia dan budayanya.
Lebih lanjut Arsjad mengatakan bahwa dirinya ingin menjadi bagian dari proses kehidupan Indonesia. Ia ingin berkontribusi secara nyata dengan kembali ke Tanah Air dan membangun negara bersama rakyat dengan memanfaatkan ilmu yang sudah ia dapatkan saat belajar di luar negeri.
Pendapat Arsjad Rasjid mengenai diaspora yang memilih tinggal di luar negeri
Perbincangan berlanjut mengenai bagaimana pendapat Arsjad Rasjid terhadap mereka yang belajar di luar negeri tapi tidak atau belum ada keinginan untuk kembali dan membangun Indonesia seperti dirinya. Ia menganggap bahwa itu bukanlah masalah besar karena merupakan pilihan hidup manusia.
“It’s okay. Pilihan hidup,” tegasnya.
Keputusan untuk pulang atau tidak bagi Arsjad adalah privasi masing-masing karena setiap orang menyesuaikan dengan kebutuhan mereka. Untuk itu, ia mengajak semua masyarakat untuk tidak memiliki pemikiran negatif terhadap diaspora yang hidup di luar negeri.
“Jangan sampai kita ninggalin teman-teman diaspora di luar (negeri). Karena mereka cinta Indonesia, kok,” imbuh Arsjad.
Ia memberi satu contoh tentang cerita seorang diaspora yang memutuskan untuk tetap tinggal di luar negeri. Kepada Anang, Arsjad menceritakan bahwa temannya memiliki anak yang lahir dengan kelainan dan hanya bisa ditangani oleh ahli kesehatan luar negeri.
Demikian pula dengan para pemuda bangsa yang jauh-jauh belajar ke luar negeri tapi enggan pulang. Mereka bukannya tidak cinta dengan kehebatan Indonesia namun lebih mengedepankan logika karena penerapan ilmu yang mereka miliki hanya ada di perusahaan-perusahaan luar negeri.
“Bukannya nggak mau balik. Karena nggak ada kesempatan. Nggak ada opportunity-nya,” jelas Arsjad.
“Proses kehidupan. Kalau dia mau kerja cari yang terbaik. Dia mau cari juga untuk keluarganya. Bahasanya begini, suruh buat sayap (pesawat), di sini nggak ada pabrik pesawat yang bikin sayap. Bagaimana dia kerja? Di sana dia bisa melakukan hal itu,” ujar Ketua Umum PB Perpani tersebut.
Kehebatan Indonesia memang sangat menarik dan bisa membuat siapa pun yang jauh darinya merasa kangen untuk pulang dan bernostalgia. Namun seperti pendapat Arsjad, tidak semua orang bisa menjadi bagian dari kehebatan Indonesia tersebut karena belum adanya kesempatan untuk berkarya di negeri sendiri.
BACA JUGA: Arsjad Rasjid Mengenang Perjuangan Masa Sekolah di Amerika di Podcast Anang Hermansyah
Ini yang harus kita pahami dari keputusan para diaspora untuk tetap tinggal di luar negeri. Yang penting, cinta mereka terhadap Tanah Air tetap tumbuh di hati sehingga ketika kesempatan itu hadir, tanpa segan mereka akan kembali dan ikut membangun negeri ini.