Test mental health belakangan menjadi sesuatu yang lazim dilakukan seiring dengan banyaknya kasus-kasus yang terkait dengan kesehatan mental terutama di kalangan anak-anak muda. Meskipun seringkali menjadi bahan lelucon, namun isu mental health adalah hal yang sangat serius.

Hal ini didukung oleh laporan Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) yang menyatakan bahwa satu dari tiga remaja Indonesia mengalami masalah kesehatan mental. Bahkan survei yang dilakukan oleh McKinsey Consumer Behavioral Health Survey terhadap lebih dari 800 Generasi Z, menunjukkan bahwa mereka 2 sampai 3 kali lebih rentan untuk melakukan percobaan bunuh diri dibanding generasi yang lain.

Tes pemeriksaan kesehatan mental penting dilakukan untuk mengetahui langkah apa yang perlu diambil agar seseorang dapat kembali ke keadaan mental yang normal, terutama bagi remaja yang sedang berada di fase perkembangan emosional dan sosialnya

Namun masih banyak keraguan untuk melakukan test mental health, sehingga generasi muda cenderung memilih mencari sendiri di internet tentang apa yang dialami (self diagnose) daripada meminta bantuan psikolog atau psikiater di fasilitas kesehatan yang terjamin. Hal ini salah satunya bisa dipengaruhi oleh stigma masyarakat terhadap isu kesehatan mental.

Berikut ini penjelasannya lebih lanjut mengenai tes kesehatan mental:

Test mental health, apakah itu?

Dilansir dari medlineplus.gov, situs badan kesehatan resmi Amerika Serikat, test mental health atau screening adalah serangkaian pertanyaan yang diajukan kepada seseorang untuk membantu tenaga medis dalam memeriksa tanda-tanda apakah ia mengalami masalah mental. Pertanyaan ini umumnya bertujuan untuk memperoleh informasi tentang suasana hati, pikiran, hingga kebiasaan pasien.

Beberapa gejala yang memerlukan screening mental health

Tak harus menunggu gejala, seseorang bisa melakukan test mental health kapan pun. Namun jika ada indikasi bahwa seseorang mengalami salah satu atau beberapa hal berikut, maka sangat disarankan untuk segera melakukan screening, di antaranya:

  • Gangguan mood, seperti depresi, bipolar, Seasonal Affective Disorder (SAD), dan kecenderungan ingin menyakiti diri sendiri.
  • Gangguan kecemasan berlebih, misalnya sering mengalami kepanikan, memiliki phobia tertentu, hingga mengalami Obsessive-Compulsive Disorder (OCD).
  • Gangguan pola makan yang meliputi anoreksia dan bulimia.
  • Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD). Gangguan ini umumnya dialami oleh anak-anak, namun ternyata dapat berlanjut hingga dewasa.
  • Post-traumatic Stress Disorder (PTSD) atau stres pasca trauma.
  • Mengalami gangguan kepribadian.
  • Gangguan kecanduan alkohol dan obat-obatan terlarang.
  • Gangguan psikis seperti Schizophrenia.

Prosedur test mental health

Ada beberapa tahapan yang akan dilalui ketika seseorang menjalankan prosedur cek kesehatan mental. Tahapan-tahapan tersebut antara lain:

1. Interview

Interview bertujuan untuk mendapatkan informasi lebih detail tentang pasien, termasuk identitas, riwayat gangguan mental, gejala-gejala yang dialami, hingga riwayat medis lainnya.

2. Observasi

Setelah mendapatkan data melalui wawancara, tenaga medis kemudian akan melakukan pengamatan langsung terhadap penampilan, sikap, suasana hati, dan hal-hal lain yang berkenaan dengan status kesehatan mental seseorang.

3. Pemeriksaan penunjang

Selain pertanyaan dan observasi, dalam beberapa kasus, seseorang yang sedang menjalankan screening kesehatan mental ini juga menjalani pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan ini dapat meliputi pengambilan sampel darah, tes urin, CT scan hingga melakukan psikotes.

Pentingnya melakukan tes kesehatan mental

Saat mengalami beberapa gejala yang disebutkan di atas, sebaiknya tidak mengabaikan urgensi melakukan tes kesehatan mental. Berikut ini adalah beberapa alasannya:

1. Menghindari salah diagnosa

Dengan tes mental health oleh ahlinya, bisa mencegah salah diagnosa yang bisa berakibat fatal ke depannya. Diagnosa oleh psikiater atau psikolog sudah memenuhi kaidah pemeriksaan dengan memperhatikan aspek penting seperti temuan dari hasil pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan penunjang.

Hal ini umumnya terlewatkan bila pasien melakukan self diagnosis atau pemeriksaan sendiri tanpa bantuan profesional.

2. Menghindari salah penanganan

Tes kesehatan mental juga membantu psikiater dan psikolog untuk memberikan langkah penanganan yang tepat. Termasuk perlu atau tidaknya pasien mendapatkan terapi obat-obatan.

Beberapa masalah kesehatan mental terkadang lebih membutuhkan jenis pengobatan lainnya, seperti konseling atau terapi.

3. Mencegah gangguan kesehatan yang lebih parah

Pemeriksaan kondisi mental dengan menggunakan tes juga memiliki hasil yang lebih terukur. Dengan demikian penanganan yang disarankan akan lebih tepat dan mencegah terjadinya perburukan kondisi pasien.

BACA JUGA: Self Reminder ala Arsjad: Rahasia Produktivitas dan Kesehatan Mental untuk Generasi Muda

Kesimpulannya, tes mental health sangat diperlukan bila sudah menunjukkan gejala-gejala seperti di atas. Pemulihan masalah kesehatan jiwa sama pentingnya seperti pengobatan fisik, sehingga untuk hasil yang lebih komprehensif, disarankan untuk berdiskusi kepada tenaga kesehatan ahli.

You may also like

More in News