Kadang mungkin tanpa sadar kita suka melakukan apa yang disebut people watching. Sederhananya ini adalah semacam aktivitas mengamati bagaimana perilaku seseorang. Secara tidak langsung kegiatan ini ternyata bisa memberikan value kepada kita, terlebih soal bagaimana memahami perspektif manusia yang begitu berbeda-beda.
Masih soal people watching, siapa yang menyangka seorang Arsjad Rasjid juga memiliki kegemaran itu. Hal tersebut ia ceritakan dalam sebuah podcast bersama Pijar Foundation beberapa waktu lalu. Lalu apa manfaat dan dampak aktivitas ini bagi seorang Arsjad?
People watching, pentingnya memahami perspektif orang lain
“I love people. Kalau orang biasanya birds watching, but I do people’s watching. I do watch people,” ungkap Arsjad Rasjid mengawali tentang kegemaran uniknya ini.
Kegemarannya ini sendiri sering terbawa dalam aktivitas keseharian di mana ia senang diam-diam mengamati orang lain. Arsjad senang menebak-nebak jalan pikiran orang lain, bagaimana cara bicaranya, apa yang dibicarakan orang itu, bagaimana perspektif orang itu, bagaimana kehidupannya. Hal ini menarik bukan karena sekedar rasa ingin tahu saja, namun ternyata telah banyak membantunya dalam membuat keputusan atau saat sedang berbicara dengan orang lain.
“If I want to do anything, yang saya lihat adalah perspektif orang itu,” imbuhnya.
Menurut pria kelahiran Jakarta ini, sangatlah penting untuk melihat bukan dari diri sendiri terlebih dahulu melainkan dari perspektif orang lain. Karena audience yang ditemui Arsjad Rasjid sangat beragam dan bisa memiliki perspektif yang berbeda-beda, maka sangatlah penting untuk mengenal dengan siapa ia berbicara.
Cerita sederhana Arsjad tentang perbedaan perspektif
Sebuah contoh cerita kecil dari Arsjad berikut mungkin dapat membantu memahami lebih dalam tentang perbedaan perspektif antara orang lain.
Suatu ketika ada seseorang tidak sengaja menjatuhkan sebuah barang. Di sana ada empat orang yang melihatnya, namun tidak semua orang akan memberikan respon yang sama. Orang yang pertama mungkin hanya akan melihat barang yang jatuh dan memilih diam saja. Orang yang kedua akan berkomentar bahwa ada barang yang jatuh tanpa bermaksud untuk membuat orang yang menjatuhkannya mengambilnya. Orang yang ketiga akan memanggil orang yang menjatuhkan barang. Orang yang keempat akan mengambil barang dan langsung memberikannya kepada si empunya.
Dari contoh kecil tadi terlihat dengan jelas bagaimana setiap orang memiliki perspektif yang berbeda-beda terhadap suatu hal. Yang pada akhirnya menghasilkan perilaku berbeda-beda. Mungkin ada orang yang memiliki perspektif sama, namun sebagian lainnya memiliki perspektif berbeda.
Di kesempatan lain, Direktur Utama Indika Energy ini juga bertemu dengan banyak orang dengan latar belakang berbeda-beda di dalam hidupnya. Yang membuatnya semakin melek bahwa sebenarnya di dunia ini tidak ada yang sama. Dunia ini penuh perbedaan yang justru sangat indah dan mengagumkan. Dunia ini penuh perspektif yang berbeda-beda.
Hanya karena perbedaan perspektif bukan berarti sebuah bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang lemah. Justru dengan nilai luhur yang selama ini telah dimiliki Indonesia, negara ini bisa tumbuh menjadi negara yang kuat.
Perbedaan perspektif yang ada selama ini dipandang oleh Arsjad Rasjid sebagai perwujudan dari Bhinneka Tunggal Ika. Di mana setiap perbedaan yang ada hanyalah sebuah perspektif belaka. Perbedaan yang ada justru bila disatukan bisa menjadi kekuatan.
“Bhinneka Tunggal Ika. Unity in diversity. Perbedaan itu adalah kekuatan,” tegasnya.
BACA JUGA: Mengapa Mengenal Diri Sendiri Penting untuk Kesuksesan, Ini Penjelasan Arsjad
Memahami perspektif orang lain yang berbeda-beda bisa menuntun para pemimpin saat kelak harus membuat keputusan besar. Memahami adanya perbedaan perspektif pada akhirnya dapat menyatukan orang yang ada di negara ini agar bisa memiliki frekuensi yang sama. Itulah pandangan Arsjad Rasjid, Ketua umum Kadin yang begitu mencintai Indonesia dan keberagamannya.