Kemunculan profesi konten kreator di era digital ini telah mengubah berbagai sektor, termasuk ekonomi dan budaya. Kemajuan teknologi yang pesat membuat siapa saja memiliki peluang untuk membuat konten yang dapat diakses jutaan pengguna internet di seluruh dunia.

Fenomena ini menciptakan tren creator economy, di mana konten kreator menghasilkan pendapatan melalui platform media sosial seperti Instagram, Youtube, Tiktok dan lainnya

Arsjad Rasjid melihat fenomena konten kreator ini sebagai bahasan yang menarik untuk kita dalami bersama. Profesi ini memiliki peluang yang menjanjikan. Berikut ini pembahasan selengkapnya.

Konten kreator tumbuh karena adanya ‘Creator Economy’

Menurut Arsjad Rasjid, creator economy merujuk pada suatu aktivitas ekonomi berbasis digital dengan media sosial sebagai pusat produksi dan distribusi konten digital, serta terjadi interaksi antara pengguna dan kreator konten, sehingga terbentuk komunitas online yang saling terlibat aktif.

Hubspot melalui Forbes melaporkan ada sekitar 50 juta orang yang melabeli diri mereka sebagai content creator. Dari jumlah tersebut, 30% berasal dari kelompok usia 18-24 tahun, dan 40% dari kelompok usia 25-34 tahun.

Di Indonesia sendiri, per September 2022 setidaknya ada 159 akun kreator yang memiliki lebih dari 10 juta pengikut, baik itu di Instagram, Tiktok dan Youtube. Jumlah ini pun semakin berkembang dari waktu ke waktu.

Selain membuat konten, perkembangan tersebut menjadikan seorang content creator membentuk dampak seperti di bawah ini.

1. Pengaruh sosial (influencer)

Kreator konten yang juga menjadi influencer, berpengaruh besar dalam menciptakan tren atau mempengaruhi keputusan pembelian dan opini publik. Mereka menjadi figur yang berdampak untuk kampanye sosial maupun komersial.

2. Menciptakan lapangan pekerjaan

Perkembangan profesi sebagai kreator konten bukan sekedar membuat mereka bisa membentuk tim produksi sendiri, tetapi sekaligus membangun kemampuan serta kapasitas dari para kreator konten dan agensi tersebut untuk terus bertumbuh.

Di samping itu, kini telah bermunculan berbagai platform yang membantu kreator mengelola konten, mulai dari perencanaan, produksi, distribusi serta monetisasi. Hal ini menunjukkan dampak creator economy juga menciptakan ekosistem baru yang makin berkembang.

3. Edukasi dan hiburan dengan pendekatan yang lebih personal

Setiap kreator memiliki bidang dan gaya mereka sendiri sebagai internet personality. Hal ini membuat mereka menjadi inspirasi hidup serta relevan bagi banyak orang lewat konten yang menghibur dan edukatif.

Bagaimana influencer dapat mempengaruhi penjualan dan opini publik

Digitalisasi menciptakan berbagai peluang bagi siapa saja untuk menjadi konten kreator. Selain meningkatkan popularitas, mereka memiliki andil besar dalam mempengaruhi keputusan pembelian, melalui konten endorsement, affiliate atau konten paid promote.

Arsjad mengungkapkan sejumlah data menarik. Gen Z saat ini lebih percaya kepada influencer daripada selebriti. Sebanyak 69% konsumen saat ini lebih percaya pada influencer, teman, atau keluarga daripada informasi yang diberikan langsung oleh brand.

87% pembeli di Indonesia membeli atas rekomendasi dari influencer. Fenomena ‘racun TikTok’ menunjukkan bagaimana konten paid promote atau live di platform tersebut langsung mendorong pengguna untuk membeli barang.

Ada juga fenomena affiliates, di mana seseorang tidak perlu menjadi full time influencer, tetapi konten dan aktivitas digital yang dilakukan dapat mendatangkan komisi. Baik influencer maupun affiliates sama-sama memiliki dampak yang besar bagi penjualan brand.

Di samping itu, baik menjadi influencer maupun affiliates, sama-sama memiliki peluang keuntungan bagi yang melakukannya. Hal ini menunjukkan bagaimana profesi sebagai seorang konten kreator juga memiliki dampak yang signifikan baik secara sosial maupun komersial.

Konten kreator menjadi cita-cita generasi muda masa kini

Arsjad Rasjid mengatakan bahwa cita-cita generasi muda kini pun sudah berubah. Banyak yang ingin menjadi konten kreator karena pekerjaan ini memberikan kebebasan untuk berkreasi dan berekspresi, serta memiliki potensi penghasilan yang menjanjikan.

Selain itu, pekerjaan sebagai kreator juga memberikan kesempatan yang luas untuk menjadi dikenal dan memberikan dampak sosial. Melihat kreator idola mereka sukses dan menginspirasi, mendorong para gen Z untuk mencoba hal yang sama.

Namun, perlu diperhatikan pula bahwa sebagai content creator, tentunya memiliki sejumlah tantangan seperti di bawah ini.

  • Perubahan tren dan persaingan yang ketat, membuat kreator perlu terus berinovasi agar tetap relevan dengan market dan pengikutnya.
  • Monetisasi yang tidak stabil. Penghasilan dari konten bisa fluktuatif, tergantung dari engagement dan viewers.
  • Adanya ketergantungan pada algoritma platform, membuat kreator juga perlu mempertimbangkan perubahan kebijakan yang mempengaruhi performa dan monetisasi sewaktu-waktu.

BACA JUGA: Awal Mula Tercetus nama Asah Pola Pikir dan Perjalanan Pak Win Sebelum Menjadi Konten Kreator

Konten kreator dan potensi creator economy ke depannya masih dapat berkembang, seiring dengan meningkatnya akses internet dan teknologi. Bagi yang tertarik untuk menjadi creator, fokus mengasah kreativitas dan berinovasi, agar tak hanya menjadi populer dan sukses dalam penghasilan, tetapi juga dapat memberi dampak sosial yang positif.

You may also like

More in News