Arsjad Rasjid tak pernah lelah menyuarakan tentang pentingnya ekonomi berkelanjutan. Di setiap kesempatan, ia selalu mengingatkan mengenai Indonesia dengan masa depan yang hijau, bersih, dan cerah bagi generasi penerus bangsa.
Hal yang sama juga kembali ia dengungkan saat menghadiri acara Silaturahmi Akbar Unpad. Diundang sebagai panelis, Arsjad membahas tentang vitalnya ekonomi berkelanjutan yang akan membantu terwujudnya Indonesia Emas 2045. Dirinya juga mengajak semua yang hadir untuk ambil bagian dalam mengakselerasi ekonomi berkelanjutan melalui sinergi lintas sektor, terutama sektor bisnis dan dunia akademik.
Kekhawatiran Arsjad Rasjid terhadap kondisi terkini dunia
Mengawali sambutannya, Arsjad Rasjid merasa khawatir dengan kondisi dunia belakangan ini. Sempat dibuat khawatir akibat pandemi Covid-19, keberhasilan dan optimisme melewati masa-masa sulit tersebut harus ditahan akibat eskalasi politik yang tidak main-main karena melibatkan negara-negara besar. Sebuah cobaan yang cukup berat, khususnya untuk negara berkembang yang ingin berproses menuju kemajuan, seperti Indonesia karena permasalahan global menghantam perekonomian dunia.
“Konflik geopolitik membuat rantai pasok dunia, terutama bahan pangan dan energi tersendat. Dan juga perlambatan ekonomi di beberapa negara-negara global yang berpotensi resesi,” kata Arsjad.
Presiden Direktur PT Indika Energy Tbk. tersebut menekankan, jika perlambatan ekonomi ini terus berlangsung, permintaan global pasti akan menurun, yang pada akhirnya akan berdampak pada ekspor Indonesia.
Jaga ritme pertumbuhan Indonesia lewat ekonomi berkelanjutan
Situasi ini tentu sangat tidak diinginkan oleh kita semua. Harus dipahami bahwa saat ini Indonesia sedang mempersiapkan diri untuk menjadi negara yang mengedepankan ekonomi berkelanjutan. Sebuah transformasi yang baru dan membutuhkan adaptasi merata di seluruh dunia yang selama ini sangat bergantung pada energi tak terbarukan.
Sustainable Economy, yang menjadi impian bagi Arsjad Rasjid merupakan solusi dari pertumbuhan ekonomi namun menciptakan penurunan pada kualitas lingkungan hidup, memperlebar jurang sosial, serta mengakibatkan perubahan iklim ekstrem. Tiga akibat dari pertumbuhan ekonomi di atas akan menjadi mimpi buruk, terutama bagi generasi-generasi muda di masa mendatang. Akan sangat sulit bagi mereka untuk beradaptasi di lingkungan yang sarat polusi, kerusakan lingkungan, serta lapangan kerja yang sangat sempit.
Untungnya, menurut Arsjad Rasjid, risiko resesi Indonesia dalam menghadapi masalah perekonomian dunia itu tergolong kecil. Untuk itu, kita harus bisa memanfaatkan momentum ini untuk terus bergerak maju dan menjalankan program ekonomi berkelanjutan.
“Alhamdulillah risiko resesi Indonesia sebenarnya jauh lebih kecil dibandingkan UK, US, dan negara maju lainnya,” ungkap Arsjad.
Ia juga bersyukur bahwa PMI Manufaktur Indonesia masih di zona ekspansif dengan poin 52,5 di Juni 2023. Salah satu kunci dari keberhasilan ini adalah adanya dukungan dari agenda hilirisasi industri.
“Padahal saat ini, sejumlah negara, termasuk China, juga mencatatkan Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur yang menurun – menunjukkan aktivitas bisnis dan manufaktur yang mengalami tren penurunan,” lanjutnya.
Hal tersebut menunjukkan bahwa ekonomi Indonesia masih tergolong tangguh di tengah gejolak ekonomi yang ada sehingga harus dijaga sebaik mungkin lewat peningkatan konsumsi, investasi dan juga ekspor, yang sudah pasti akan membutuhkan kontribusi optimal dari pemerintah dan juga dunia usaha.
Mengapa ekonomi berkelanjutan itu penting untuk kita jaga ritmenya?
Ada alasan mengapa Arsjad Rasjid ‘ngotot’ mengajak semua elemen bangsa untuk menjalankan ekonomi berkelanjutan.
“Sederhananya, ekonomi berkelanjutan adalah model pertumbuhan yang mengintegrasikan pertumbuhan ekonomi dengan kelestarian lingkungan hidup dan keadilan sosial,” terang Ketua Kadin Indonesia tersebut.
Ia lalu menjelaskan lebih dalam mengenai ekonomi berkelanjutan dengan menceritakan bahwa krisis iklim menjadi musuh nyata bagi seluruh negara di dunia. Naiknya temperatur, terutama di musim panas, dengan serangan-serangan heat wave yang telah memakan banyak korban jiwa. Bahkan dunia baru saja mengalami rekor terpanas sepanjang sejarah di awal Juni 2023.
Apa yang terjadi bila kita terus membiarkan suhu Bumi berangsur memanas? Salah satu dampaknya, dapat mengancam ketahanan pangan. Dimulai dari hilangnya lahan pertanian akibat banjir, perubahan pola cuaca yang menyulitkan petani, serta membuat tanaman lebih
rentan terhadap penyakit dan hama.
“Kalau aspek pelestarian lingkungan ini tidak kita jaga, bukan hanya keberlanjutan ekonomi yang perlu kita khawatirkan. Tapi juga berisiko bagi generasi mendatang (anak cucu kita). Mereka tidak akan dapat memenuhi kebutuhan mereka,” tegas Arsjad.
Dengan besarnya dampak kerusakan tersebut, wajar bila seorang putra bangsa yang peduli terhadap negaranya, seperti Arsjad Rasjid, rela menghabiskan waktunya agar semakin banyak orang yang paham tentang apa itu ekonomi berkelanjutan. Termasuk di hadapan para undangan Silaturahmi Akbar Unpad.
BACA JUGA: Pandangan Arsjad Rasjid Tentang Ekonomi Syariah dan MES
Dengan semakin memahami, semakin terbiasa pula kita untuk menjalankannya ekonomi berkelanjutan. Kondisi yang akan membawa Indonesia menjadi negara yang makmur, berdaulat, dan berkelanjutan selama ratusan, atau bahkan ribuan tahun lamanya.