Teknologi digitalisasi begitu luas hingga para pedagang pasar yang jualan sayur pun bisa memanfaatkannya untuk meningkatkan usaha mereka. Salah satunya adalah Mpok Siska, seorang wanita yang juga pemilik kios di Pasar Tradisional Tomang Barat yang terletak di salah satu sudut Tanjung Duren, Jakarta Barat.
Siang itu, Arsjad Rasjid blusukan di Pasar Tomang Barat demi menemui Mpok Siska, mantan Barista yang sukses jualan sayur secara digital. Mpok Siska merupakan satu dari sekian pedagang pasar tradisional yang berani bergerak bersama zaman, berdampingan dengan teknologi digital. Ketekunan itulah yang membawa seorang Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menemuinya agar bisa berbagi inspirasi lewat kanal YouTube Arsjad Rasjid.
Suka duka Mpok Siska jualan sayur di era pandemi
Banyak hal yang diceritakan oleh Mpok Siska kepada Arsjad Rasjid saat ngobrol bareng di video yang bertema ‘Rahasia Sukses Ex Barista Jadi Pedagang Pasar | Nongkrong Bareng Arsjad Sama Mpok Siska.’ Salah satunya adalah suka duka jualan sayur di era pandemi.
Dengan antusias, wanita yang senang dipanggil Tamara ini menceritakan bagaimana hebatnya tantangan yang harus ia hadapi bersama suami untuk memasarkan produk-produk lapaknya, ‘Agung Sayur’ kepada konsumen. Padahal serbuan virus Covid-19 bikin masyarakat takut keluar rumah sehingga melambatkan perekonomian, termasuk pasar tradisional sebagai pusat perputaran ekonomi di Indonesia.
“Orang pada takut Covid. Lagi tinggi-tingginya, kan? Usaha dagang saja, kita buat modalin lagi, tuh, muter-muter, Pak. Sampai saya berpikir, ‘Wah, kalau saya begini terus kita, udahlah, kita usaha di mobil saja,” kata Mpok Siska
Keputusasaannya terdengar wajar. Ia dan suami menggantungkan kios jualan sayur di Pasar Tomang Barat sebagai sumber pencaharian mereka. Pendapatan mereka bukan hanya ditabung, tetapi juga untuk kewajiban mereka berupa cicilan. Tentu saja, kalau usaha berhenti, masalah baru akan timbul yaitu denda yang semakin memberatkan tagihan bulanan mereka.
Tetapi Mpok Siska pantang menyerah. Berbagai cara ia lakukan untuk tetap survive berbisnis di pasar tradisional. Sebelum mengenal teknologi digital, ia bercerita bahwa dirinya mencoba menawarkan dengan konsep penjualan dengan harga serba lima ribu. Diharapkan, dengan harga yang pas, konsumen mau membeli jualan sayur mereka.
Berkenalan dengan digitalisasi yang menambah rezeki
Duka sebagai penjual sayur yang harus berjuang sebagai dampak dari pandemi Covid-19 mulai surut ketika Mpok Siska mulai berkenalan dengan digitalisasi. Salah satu platform online, yaitu GrabMart datang dan menawarinya untuk berjualan secara daring menggunakan aplikasi mereka.
Tak kenal maka tak sayang, Mpok Siska mengatakan kepada Arsjad Rasjid bahwa pada awalnya dia ragu memakai aplikasi tersebut untuk jualan sayur secara online. Namun dengan penjelasan dari pihak platform, serta keinginan untuk bangkit dan meningkatkan usahanya, Mpok Siska dan suaminya pun mulai mencobanya.
Mpok Siska bercerita bahwa beberapa bulan setelah menggunakan platform jualan sayur online, tidak ada perubahan berarti. Bunyi notifikasi orderan tak kunjung berbunyi. Hal ini membuatnya skeptis namun tetap membiarkan aplikasi tersebut menyala di smartphone miliknya. Apalagi suaminya juga kurang percaya dengan cara belanja online karena masih baru dan belum dikenal masyarakat.
“Sempat, lah, kita galau gitu, ya. Sudah bikin aplikasi tapi kok masih belum ada orderan. Kita sudah lupain awalnya. Eh, pertama ada orderan masuk itu di bulan Februari, Pak,” cerita Mpok Siska.
Penantian Mpok Siska membuahkan hasil dengan masuknya orderan pertama dari GrabMart. Di sekitar bulan Februari 2021, smartphone miliknya berdering bersamaan dengan masuknya notifikasi pembelian konsumen untuk jualan sayur Mpok Siska. Ketekunan itu terbayar, bahkan belanja sayur online saat ini menjadi gaya hidup masyarakat. Suami yang dari awal ragu, kini berbalik ada di pihaknya.
“Malah dia (suami) sekarang yang gesit bikin promo,” ujarnya dengan nada bercanda.
Tak takut kompetisi, ini tips Mpok Siska tingkatkan pelanggan
Kepada Arsjad Rasjid, Mpok Siska mengatakan bahwa dirinya tidak pernah menganggap siapa pun sebagai saingan usaha, bahkan pasar-pasar sayur modern, seperti retailer besar. Namun tidak bisa dipungkiri bahwa selalu ada kompetisi. Walau dirinya percaya bahwa rezeki sudah ada yang mengatur, Mpok Siska yakin bahwa pelayanan terbaik akan memberi nilai lebih dan mendatangkan pelanggan-pelanggan baru.
“Karena optimis kali ya, Pak. Nggak pernah takut sama pesaing, sama supermarket. Karena apa? Sayuran kita memang lebih fresh, Pak,” ungkapnya optimis.
Ia menambahkan, menambah kualitas bukan berarti hanya menghadirkan produk yang baru datang dari pertanian. Mpok Siska mengaku bahwa dirinya mencuci bersih dulu dagangannya sebelum dipasarkan sehingga menambah kesegaran serta penampilan jualan sayur miliknya.
“Jadi memberikan produk berkualitas. Intinya, begitu, ya?” timpal Arsjad.
Mpok Siska tidak hanya jualan sayur saja. Ia memiliki banyak produk kebutuhan pokok lainnya. Yang menarik, semua dagangan di aplikasi belanja bukan hanya miliknya saja, tetapi juga pedagang lain di sekitar lapaknya. Hitung-hitung, membantu pedagang lain untuk memasarkan produk mereka.
“Saya ngebantu tempat yang ini, Pak (sambil menunjuk salah satu lapak di dekatnya). Kan dulu sepi, nih. Kita ambil kayak buah pisang. Ambil dari teman-teman. Kan ngebantu kita,” terang Mpok Siska, menjelaskan trik memiliki dagangan yang lengkap di platform belanja.
“Di aplikasi saya masukkan semua. Bukan hanya cabe bawang,” imbuhnya.
Selain melengkapi jualan sayuran di lapak online, Mpok Siska mengaku bahwa dirinya juga mengandalkan promo-promo untuk menarik minat belanja konsumen. Dalam membuatnya, wanita tersebut mengatakan bahwa ia mengikuti program yang diadakan oleh pengembang aplikasi.
Kesuksesannya menggunakan aplikasi jualan sayur online menarik minat pedagang lain di Pasar Tomang Barat. Berkat jasa Mpok Siska yang siap membantu para penjual untuk terdigitalisasi, dari yang sebelumnya tiga orang, kini semakin banyak teman-temannya untuk menawarkan produk mereka secara daring.
“Akhirnya saya panggil orang marketingnya, suruh datang ke pasar. Yang lain pada pengen buka (jualan sayur dan dagangan mereka di aplikasi), jadi saya membantu mereka untuk buka online,” jelas Mpok Siska.
BACA JUGA: Dari Pasar Tradisional ke Digital: Perjalanan Sukses Mpok Siska di Dunia Sayur Online
Sekali lagi Mpok Siska menekankan. Meski makin banyak pedagang yang menggunakan aplikasi belanja sayur online, dirinya tidak merasa tersaingi. Yang paling penting adalah bagaimana caranya memberi pelayanan terbaik kepada konsumen serta percaya bahwa rezeki sudah ada yang mengatur.