Sudah pernah mendengar istilah ESG? Ini adalah singkatan untuk sebuah metode investasi terhadap Environmental, Social, and Governance atau lingkungan, sosial, serta pemerintahan. Dengan semakin besarnya keinginan masyarakat untuk masa depan yang lebih baik lewat transisi energi ke baru terbarukan, ESG semakin populer dan diminati banyak korporasi, terutama perusahaan yang berfokus pada pertumbuhan berkelanjutan.
Tentu saja, naiknya popularitas ESG bisa dipahami mengingat Bumi semakin hari semakin dikhawatirkan dengan perubahan iklim ekstrem yang berpengaruh pada banyak hal, terutama lingkungan. Bila kebiasaan ini diteruskan, bukan tidak mungkin kehidupan dan keberlanjutan generasi manusia di masa mendatang akan semakin terancam.
ESG sangat krusial bagi masa depan ASEAN
Arsjad Rasjid, sebagai seorang pebisnis dan Ketua ASEAN-BAC, menyadari bahwa Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang terdampak dengan perubahan iklim ekstrim. Itu pula alasan dirinya getol menyuarakan percepatan transisi energi untuk kawasan ASEAN, terutama bagi korporasi demi keberlanjutan pembangunan di kawasan ini.
Lewat media sosial Instagram miliknya, Arsjad Rasjid berbagi tentang pentingnya memahami ESG, terutama untuk pengusaha-pengusaha muda di Asia Tenggara. Dalam caption, Ketua Kadin Indonesia tersebut menjelaskan bahwa ranah ESG cukup luas, menyentuh dampak-dampak lingkungan, sosial, hingga membahas tentang inklusivitas dan kesetaraan gender. Tentunya ini sangat penting mengingat kita memiliki target untuk mewujudkan misi zero-net economy di tahun 2050 mendatang. Jadi sangat penting untuk membangun pondasi sedari dini untuk memperkuat landasan menuju impian tersebut.
ESG sendiri berdiri sebagai sebuah inovasi sekaligus kolaborasi antara sektor swasta dan badan pemerintah. Dengan kerja sama ini, diharapkan ada kesinambungan dalam mensukseskan harapan Indonesia yang bebas emisi dalam beberapa dekade ke depan.
“Meski kian populer dilakukan oleh banyak korporasi, ESG investing adalah usaha bersama antara sektor privat bersama dengan badan pemerintah agar terjadi kesinambungan menuju misi zero-net economy di tahun 2050,” jelas Arsjad.
Bentuk-bentuk ESG investing
Lalu usaha seperti apa yang mendukung investasi di bidang ESG ini?
Seperti disebutkan di atas, cakupan investasi di bidang ESG ini cukup luas. Beberapa yang ditulis oleh Arsjad Rasjid di Instagram miliknya adalah investasi untuk inisiatif energi hijau (green energy initiative).
Di sini, pemerintah memberi ruang lewat suntikan dana sebagai bentuk dukungan terhadap generasi energi dan teknologi baru yang lebih bersih. Sebuah tindakan untuk mulai mengurangi emisi karbon, sekaligus menstimulasi sektor energi hijau. Inisiatif tersebut dibagi-bagi dalam berbagai komponen yang disesuaikan dengan kebutuhan pemerintah dalam melaksanakan transisi energi. Misalnya, di Indonesia, yang kaya akan sinar matahari sepanjang tahun dan curah hujan tinggi, gunung-gunung berapi, hingga hembusan angin, maka pemerintah bisa menentukan fokus lebih besar pada tenaga matahari, air, bayu, hingga panas bumi.
Selain itu, Arsjad Rasjid juga mengingatkan fokus tentang waste management. Tentunya usaha terhadap transisi energi menuju baru terbarukan akan terasa percuma bila kenyataannya masyarakat masih sulit untuk menjaga lingkungan. Faktanya, output sampah di negeri ini cukup mengkhawatirkan, ditambah lagi dengan kesadaran akan pentingnya recycle juga masih rendah.
Inilah alasan Indonesia membutuhkan ESG investing di bidang waste management. Sudah saatnya masyarakat bisa pilah-pilih sampah, kemudian menambahkan manfaat pada sampah sehingga tidak menjadi buangan terakhir yang tanpa solusi. Kita perlu banyak belajar dan fokus untuk mengendalikan volume sampah, sekaligus memanfaatkannya agar bisa kita gunakan kembali sebagai energi baru terbarukan dan hijau.
Saatnya pemerintah fokus dengan kebijakan-kebijakan yang mendukung ESG
Tentu saja, investasi di bidang ESG tidak akan berjalan bila hanya menjadi fokus bagi masyarakat dan sektor swasta. Dukungan pemerintah sangat penting dalam menciptakan kebijakan yang berpihak pada energi hijau.
Dalam catatannya di Instagram, Arsjad memberikan petunjuk tentang langkah-langkah bisa dilakukan oleh pemerintah untuk mendukung ESG. Mulai dari dengan adanya kebijakan yang mendorong transparansi carbon footprint, atau kebijakan diversity, serta inklusivitas dalam lingkungan kerja.
Tak hanya menerbitkan kebijakan-kebijakan, pemerintah juga wajib memperhatikan dampaknya pada ESG investing. Dengan semakin diminatinya investasi hijau ini, tentu harus ada proteksi dan pengembangan terhadap talenta-talenta green skills. Jadi, bila semakin banyak sumber daya manusia yang menguasai green jobs, tidak akan sulit bagi Indonesia untuk mempercepat progres dan mencapai hasil yang dapat diukur.
BACA JUGA: Keuangan Syariah Ternyata Mirip dengan ESG Investing
Bagaimana? Sudah siap untuk menjadi penggerak ESG dan green economy untuk menciptakan dunia yang lebih sehat, hijau dan baik bagi generasi penerus kita?