“Malah tidak ada hubungannya sama tambang, ya.”
Kalimat tersebut diungkapkan sosok Dr. Dripa Sjabana saat mendengar cerita tentang perjalanan karir seorang Arsjad Rasjid, mengubah Indika dari sebuah perusahaan media hingga sebagai penyedia kebutuhan energi dan kendaraan listrik.
Arsjad Rasjid menjawab pertanyaan tersebut saat berbincang ringan bersama Dr. Dripa Sjabana di kanal YouTube MESSAGE Podcast. Lewat obrolan yang bertema Wujud Nyata Pengusaha Perkuat Ekonomi Syariah, terungkap bagaimana sejarah perjalanan Indika Group sehingga menjadi induk bagi puluhan perusahaan berskala nasional dan internasional.
Di awal usahanya, nama Indika Energy adalah PT Prabu Wahana. Ini merupakan perusahaan pertama milik Arsjad Rasjid setelah keluar dari pekerjaannya sebagai karyawan di perusahaan swasta asal Jepang. PT Prabu Wahana yang berdiri di tahun 1995 inilah yang menjadi cikal bakal Indika saat ini.
PT Prabu Wahana sendiri merupakan perusahaan yang bergerak di multimedia. Kemudian, karena ada keinginan untuk membuat brand yang populer di masyarakat, Arsjad lalu menggantinya dengan nama Indika, yang diambil dari singkatan Industri Multimedia Informatika.
Di bawah payung Indika, Arsjad dan temannya, Agus Lasmono Sudwikatmono mendirikan Indika Piranti Solusindo. Sebuah perusahaan dengan bisnis untuk penjualan kartu kredit, smart card dan mesin Electronic Data Capture (EDC).
Perjalanan usaha tersebut terus berlanjut hingga di tahun 2003, di mana Arsjad dan Agus berniat untuk melakukan ekspansi usaha di bidang pembangkit listrik. Sayangnya, di balik keinginan tersebut mereka kekurangan modal. Bisa dimaklumi bahwa di masa tersebut masih terpengaruh oleh krisis ekonomi di tahun 1998. Situasi tersebut membuat Indonesia memiliki reputasi sebagai negara yang tidak ramah investasi.
Mencoba keluar dari kesulitan tersebut, Arsjad dan Agus pun menguji peruntungan mereka ke Tiongkok untuk mencari rekanan dan berhasil. Hanya saja, rencana diversifikasi usaha tersebut agak berubah karena peluang yang didapatkan adalah sebagai penyedia batubara sebagai pembangkit listrik.
Sadar tidak memiliki modal, Arsjad Rasjid dan Agus memutar otak untuk mendapatkan satu tambang batu bara dengan menjelajahi belantara Kalimantan dan Sumatera. Hingga akhirnya Arsjad menemukan satu perusahaan untuk dibeli dengan modal investasi dari Tiongkok, sekaligus menjadi awal mula perjalanan Indika di bidang pertambangan dan energi. Kini Indika Energy menjadi salah satu industri batu bara terbesar di Indonesia dengan aset (tahun 2020) mencapai Rp50 triliun.
Saat ini, PT Indika Energy Tbk. menunjukkan komitmennya untuk mewujudkan Indonesia dengan pembangunan yang berkelanjutan. Salah satu langkah tersebut adalah dengan mulai meninggalkan jejak bisnis mereka di batu bara sekaligus era baru di energi baru terbarukan.
Untuk mendukung komitmen ini, Indika Energy mempersiapkan diri dengan akselerasi transformasi perusahaan sekaligus melakukan diversifikasi usaha dengan merakit kendaraan listrik beserta ekosistem pendukungnya.
Sadar akan tingginya kebutuhan masyarakat Indonesia terhadap sarana transportasi, Indika Energy mendirikan perusahaan kendaraan listrik roda dua dengan nama ALVA. Diharapkan, ALVA akan menjadi lifestyle mobility solution, terutama untuk masyarakat perkotaan dalam melakukan perjalanan dengan waktu yang singkat dan tepat serta ramah lingkungan.
Rencananya, Indika Energy tidak hanya mempersiapkan motor listrik ALVA saja. Ke depan, perusahaan tersebut juga berkomitmen menyediakan Electric Vehicle roda empat, bus listrik (e-bus) yang merupakan hasil dari kerja sama dengan Foxconn, hingga mempersiapkan sarana-sarana pendukungnya, seperti memaksimalkan tambang untuk sumber daya nikel dan bauksit yang bermanfaat bagi pembuatan baterai kendaraan listrik.
BACA JUGA: Cerita Awal Mula Nama Indika Dicetuskan Hingga Mendunia Seperti Sekarang
Dari bisnis multimedia, kemudian bergerak di sektor batu bara hingga perusahaan media, kini Indika Energy juga bersiap untuk mendukung masa depan Indonesia yang lebih bersih, hijau, dan sehat. Sebuah diversifikasi yang luas dan berdasarkan pada pemikiran Arsjad Rasjid tentang kepanjangan baru dari Indika.
“Akhirnya kalau ditanya sekarang, ‘Apa itu Indika?’ Bukan lagi Industri Multimedia dan Informatika. Indonesia Merdeka,” pungkas Arsjad.