Tak hanya sibuk berkecimpung di dunia bisnis, Arsjad Rasjid kini makin getol mengamati peta perpolitikan di Indonesia. Pasalnya, negara kita kian dekat dengan pesta demokrasi untuk menentukan Presiden dan Wakil Presiden baru yang akan menjadi nahkoda bagi negara kita.
Di kalangan pebisnis lingkup nasional maupun global, Arsjad dikenal sebagai sosok yang cukup sukses. Bukan hanya memajukan perusahaan sendiri, ia juga memperjuangkan pertumbuhan UMKM dalam negeri. Hal ini erat kaitannya dengan tujuan mulia bangsa kita menuju Indonesia Emas 2045, di mana strateginya adalah dengan mencetak lebih banyak pengusaha.
Lalu ketika memandang situasi politik di Indonesia, kira-kira seperti apa pandangan Arsjad Rasjid? Apakah ia masih merasakan persamaan dengan dunia bisnis, atau justru sebaliknya? Pertanyaan tersebut ia jawab saat diundang dalam podcast YouTube bersama motivator dan pengusaha kondang, Merry Riana.
Persamaan serta perbedaan dunia bisnis dan politik menurut Arsjad Rasjid
Dalam perbincangan tersebut, Arsjad Rasjid disodori pertanyaan oleh Merry Riana mengenai pandangannya tentang persamaan dan perbedaan terbesar antara dunia bisnis dan politik di mata pengusaha seperti dirinya.
Menjawab pertanyaan tersebut, Arsjad merasa bahwa sebenarnya dunia bisnis dan politik itu tidak terlalu berbeda. Salah satu yang menyamakan keduanya adalah dari sisi manajemen.
“Sebenarnya itu masalah manajemen, cuma perbedaannya adalah output-nya,” kata Arsjad.
Secara sederhana, Arsjad menggambarkan bahwa dunia bisnis memiliki bottom line, yaitu profitability. Namun di masa sekarang, perusahaan juga harus memikirkan bagaimana caranya memberi dampak positif yang juga menguntungkan para stakeholders.
“Sebetulnya politik juga sama. Cuma output-nya itu mungkin bukan bicara profit saja. Tetapi bicaranya adalah tadi, kesejahteraan, kemakmuran,” lanjutnya.
Hal ini membuat Arsjad berpikir bahwa politik yang benar adalah politik kesejahteraan. Politik yang memastikan bahwa rakyatnya bisa sejahtera dan makmur. Bila memungkinkan, menurutnya, politik akan mampu menghapus kemiskinan, memberi pangan dan pendidikan yang merata bagi rakyatnya sehingga akhirnya bermuara kepada keadilan.
“Jadi politik kesejahteraan, politik kemakmuran, politik keadilan. Kalau ketiga ini selalu kita katakan, ini adalah saya bilang mungkin dasar politik yang harus dipikirkan,” ungkap pria yang juga menjabat sebagai Ketua Umum PB Perpani tersebut.
Pentingnya manajemen dalam menjalankan politik
Dengan adanya cita-cita untuk menjalankan ketiga politik tersebut, maka sampai pada kesimpulan bagaimana melakukan manajemennya. Hal ini juga menunjukkan kesamaan antara dunia bisnis dan politik.
“Ternyata managing itu, kalau boleh dibilang, nggak jauh-jauh banget sama perusahaan. Mirip-mirip saja. Cuma output-nya beda,” imbuhnya.
Arsjad juga menggambarkan kesamaan tersebut dengan Dewan Perwakilan Rakyat yang membuat Undang-Undang atau kebijakan. Kemudian Pemerintah akan membantu mewujudkan serta menjalankan programnya dengan anggaran yang ada. Tentunya hal ini juga membutuhkan manajemen yang baik supaya segalanya berjalan sesuai rencana.
“Saya rasa yang kita butuhkan sekarang adalah begini, kalau kita selalu bicara namanya Corporate Governance, sekarang kita bicara Political Governance,” terang Arsjad.
Beda dengan dunia bisnis, pilihan politik harus jelas dan tepat
Ketika bicara tentang perbedaan, Arsjad menjelaskan bahwa Pemilu 2024 adalah ajang untuk mencari pemimpin bangsa. Jadi, apa yang seharusnya dipromosikan dari seorang Capres dan Cawapres bukan sekadar sebuah produk atau jasa.
“Kita bicara pemimpin bangsa ini yang kita pilih. Jadi, ini yang tidak boleh salah,” tegasnya.
Apa yang diucapkan oleh Arsjad Rasjid memang ada benarnya. Seperti para pelari estafet, langkah atau kecepatan lari yang telah dihasilkan oleh Pemerintah sekarang telah sampai sejauh ini. Tugas pemimpin berikutnya adalah menerima tongkat estafet tersebut dan meneruskan laju pembangunan bangsa ini. Boleh lebih cepat, tapi jangan sampai melambat.
BACA JUGA: Politik Indonesia Hari Ini di Mata Seorang Arsjad Rasjid
Ingat kata Arsjad, Indonesia jangan sampai salah pilih calon pemimpin bangsa. Apalagi kita sedang mengejar ketertinggalan dari negara-negara lain dan memiliki mimpi untuk menggapai Indonesia Emas 2045. Kenali setiap kandidat karena suara kita nantinya juga berpengaruh pada masa depan anak cucu dan Tanah Air.