Kalau melihat lelaki menangis, apa yang muncul di benak Anda? Hal yang biasa atau sesuatu yang sebaiknya tidak dilakukan?
Grup musik lawas asal Inggris, The Cure memiliki satu lagu yang berjudul ‘Boys Don’t Cry’ yang dirilis sekitar tahun 1979 silam. Ceritanya seputar seorang pria yang mulai menyerah untuk mendapatkan kembali cinta dan pasangan yang meninggalkannya. Pasti sedih banget. Tetapi sebagai seorang pria, ia menyembunyikan perasaan terdalamnya.
Entah siapa yang memulai, kita hidup dalam masyarakat yang memiliki sudut pandang kalau lelaki menangis adalah sebuah aib. Pria selalu digambarkan sebagai sosok yang kuat, tangguh dan berani menghadapi apa pun. Padahal sebenarnya pria juga sama dengan wanita, punya perasaan dan punya hati. Tidak bisa disamakan dengan pisau belati.
Kegalauan Arsjad Rasjid terhadap toxic masculinity
Kesalahpahaman ini juga menjadi salah satu pokok bahasan terbaru dari Arsjad Rasjid. Sambil menyapa followers di Instagram, ia memanfaatkan waktu tersebut untuk berbagi inspirasi tentang toxic masculinity, pandangan salah kaprah terhadap definisi kejantanan sehingga membuat laki-laki pantang menunjukkan kelemahannya. Padahal, menurut Arsjad, saat lelaki menangis itu menunjukkan hal yang melekat secara naluriah dan dimiliki oleh setiap manusia.
Toxic masculinity ini tidak hanya hadir dari diri sendiri, tetapi juga dari orang lain. Misalnya, ketika kita sedang kesulitan untuk menghadapi tantangan hingga membuat jiwa kita terguncang. Mungkin ada satu atau dua oknum yang dengan entengnya mengatakan, “Begitu saja kok lemah.”
Jumlah oknum juga bisa bertambah oleh mereka yang merasa sebagai sekuriti kehidupan orang lain, menetapkan aturan baku sendiri yang juga diterapkan kepada manusia lainnya bahwa, “Cowok nggak boleh nangis.” Yah, mungkin saja mereka punya pemikiran bahwa anggapannya sudah benar, bahwa laki-laki itu punya mental sekuat baja dan pantang menitikkan air mata.
“Padahal, ya, nangis itu hal yang sangat wajar, lho. It’s okay to cry,” kata Arsjad.
Padahal, sejak lahir wanita dan lelaki menangis
Bila dipikir ulang, sebenarnya benar yang dikatakan oleh Ketua Umum PB Perpani tersebut. Siapa pun berhak menangis karena dibekali dengan perasaan. Kesedihan dan tangis itu merupakan bagian dari naluri manusia. Bahkan, yang pasti juga Anda tahu, saat kita lahir ke dunia juga menangis. Justru bayi yang diam saja akan ‘dipaksa menangis’ karena menurut para ahli, tangisan bayi yang baru lahir berfungsi untuk memberitahu bahwa pengembangan paru-paru bayi bekerja secara optimal.
“Nangis dulu. Baru bisa makan, bisa ngomong,” lanjut Arsjad.
Mengapa sangat jarang lelaki menangis?
Dari pemikiran tersebut Arsjad menyimpulkan bahwa secara biologis, menangis itu sebenarnya sudah menjadi bagian yang sangat alami dalam kehidupan. Tetapi dalam kehidupan nyata, pria cenderung menahan ketika ingin menangis.
Lebih lanjut, pria yang sudah bersekolah sendirian di luar negeri sejak masih kelas 4 SD ini mengatakan bahwa meski sesama manusia, kaum wanita justru lebih mudah menangis dibandingkan dengan pria. Bahkan dikatakan bahwa wanita bisa menangis lima kali dalam sebulan.
Sementara itu, dalam 30 hari seorang pria nyaris tak pernah memperlihatkan titik air matanya. Syukur-syukur kalau menangisnya kemudian saat sendirian. Tetapi kebanyakan dari mereka akan memilih untuk tidak menangis. Menguatkan dirinya dengan semangat yang ia bisikkan sendiri lewat kata hati untuk memotivasi dan menyadari bahwa tidak seharusnya lelaki menangis.
“Sayangnya kita hidup di society atau lingkungan yang secara norma hal yang sifatnya biologis seperti menangis bisa dengan mudah berubah jadi stereotip bahwa ia yang menangis adalah lemah,” tutur Arsjad.
Menangislah untuk kembali dengan lebih tangguh dan gagah
Menurut alumnus Pepperdine University, California, AS tersebut, laki-laki juga manusia. Arsjad menggambarkan, terkadang pria bisa terlihat cerah dan indah, tapi belum tentu esok hari ia tetap bergembira. Aura gelap dan kelam akan kembali datang menyelimuti, seiring dengan masalah-masalah yang datang menghampiri.
“Nah, kalau lagi kelam ingatlah itu bukan hukuman atau kutukan. Tapi itulah proses yang harus dilewati,” imbuh pria yang juga tokoh pengusaha nasional tersebut.
Kehidupan sosial di sekeliling kita mungkin memberi aturan tidak tertulis bahwa lelaki menangis itu terlarang. Namun Arsjad Rasjid berpesan bahwa jangan merasa takut ketika sedang sedih atau frustasi. Menangislah untuk membantu meluapkan emosi serta melepaskan beban pikiran.
BACA JUGA: Cerita Arsjad Rasjid, Keluarga, dan Value yang Masih Dipegangnya Hingga Hari Ini
Tapi yang paling penting, jangan berlama-lama dalam fase kesedihan ini. Sebagai pria yang tangguh, jadikan tangisan dan kesedihan Anda sebagai sebuah pelajaran. Kemudian segera bangkit dari keterpurukan tersebut dan kembali melangkah menuju masa depan.
View this post on Instagram