Asing dengan istilah micromanagement, tapi jangan-jangan Anda sudah melakukannya kepada karyawan dan tempat kerja. Padahal, inilah gaya kepemimpinan yang sebisa mungkin harus dihindari oleh para leader karena bisa menimbulkan dampak buruk pada kinerja dan prestasi bawahan.

Kesalahan dalam micromanagement ini juga mendapat sorotan dari pebisnis ulung, Arsjad Rasjid. Lewat media sosialnya, ia menjawab sebuah pertanyaan dari seorang follower bernama Fadhil.

Pria yang menjabat sebagai Ketua Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia ini menganggap bahwa banyak leader atau manager yang tanpa sadar melakukan micromanage. Menurutnya, kebiasaan ini kalau dibiarkan terus-menerus bisa merusak subordinate dan organisasi.

Apa sebenarnya yang salah dengan micromanagement?

Dikutip dari International Journal of Business and Management Invention, micromanage adalah pengamatan yang, bisa dibilang, terlalu berlebihan dari atasan terhadap kinerja bawahan. Akhirnya tercipta sebuah pandangan bahwa pihak atasan ingin memiliki kontrol sebesar-besarnya terhadap anak buah.

Contoh kecil seorang micromanager adalah ketika pimpinan memberikan pekerjaan dengan sedikit detail, namun enggan memberikan bantuan serta menuntut progres yang terlalu banyak.

Jangan jadi kebiasaan karena micromanagement bisa berdampak negatif

Pengawasan memang perlu. Begitu juga dengan target kerja agar semua selesai tepat waktu. Namun bila kebijakan terlalu berlebihan hingga membuat karyawan takut justru akan memberikan dampak yang buruk.

Arsjad Rasjid menyarankan supaya menghindari teknik kepemimpinan ini. Berdasarkan pandangannya, micromanagement tak hanya menimbulkan rasa khawatir dengan hasil pekerjaan, pekerja yang tertekan dengan atasan yang melakukan micromanagement bisa mengalami penurunan motivasi yang berlanjut pada burnout, kurang percaya diri, hingga menghambat perkembangan karyawan. Padahal mereka juga butuh ruang untuk inovasi dalam menghasilkan solusi-solusi brilian bagi perusahaan.

Tips Arsjad Rasjid untuk hentikan micromanagement

Sebagai sosok yang sudah berpengalaman menjadi pemimpin, baik di perusahaan maupun organisasi, Arsjad Rasjid memiliki beberapa tips untuk stop kebiasaan micromanaging.

Tahu bagaimana cara mendelegasikan

“Setiap orang memiliki strength and weaknesses,” ujar Arsjad Rasjid. Ia melanjutkan bahwa seorang leader yang baik harus bisa melihat kekuatan dan kelemahan ini agar bisa memberikan tugas yang cocok bagi orang yang tepat.

Dengan memberikan tugas yang pas kepada orang yang tepat, Anda juga berperan aktif dalam perkembangan seorang karyawan.

“Berilah delegasi yang meyakinkan karyawan untuk tumbuh melalui peran mereka masing-masing,” lanjutnya.

Bicara tentang outcome, bukan proses

Selain mendelegasikan tugas ke orang yang tepat, pastikan Anda sebagai pemimpin juga menyampaikan tujuan yang ingin dicapai dengan jelas. Tak hanya menyampaikan, berikan ruang dan waktu kepada tim untuk berpikir dan menemukan solusi lewat kreasi dan eksperimen agar bisa mencapai tujuan tersebut.

Kesalahan itu biasa

Tiada manusia yang diciptakan dengan kesempurnaan. Semua pasti pernah mengalami kesalahan yang nantinya bisa menjadi satu pengalaman berharga menuju kesuksesan.

Begitu juga yang disampaikan oleh Arsjad Rasjid mengenai kesalahan micromanagement. Untuk menjadi pemimpin yang baik Anda harus bisa, “Embrace failure and let go of your perfectionism.”

Seperti disebutkan di atas, terkadang tak semua berjalan seperti yang sudah terencana. Ini juga bisa terjadi ketika Anda memberikan ruang lebih bagi tim untuk berkreasi. Bersiaplah untuk kesalahan atau kegagalan.

“Saat itu terjadi, jangan membuat mereka berkecil hati dengan menyalahkan cara-cara yang mereka tempeh,” jelas Presiden Direktur PT Indika Energy Tbk. tersebut.

Justru sebaliknya, ajak tim untuk belajar dari kegagalan tersebut dan bersama-sama melakukan perbaikan secara berkelanjutan.

Minta pendapat

Lalu bagaimana kita paham bahwa gaya kepemimpinan kita sudah pas dan jauh dari micromanagement? Mintalah pendapat kepada mereka yang sudah Anda pimpin. Jangan lupa untuk menanyakan apakah teladan yang diberikan sudah cocok, atau justru perlu perbaikan.

Bukan hanya memberikan solusi, feedback yang diberikan oleh bawahan kepada atasan tentang gaya kepemimpinan juga akan menciptakan ruang kerja yang dinamis dan team work yang lebih kuat.

BACA JUGA: Kepemimpinan Produktif Perlu Memiliki Pola Pikir Ini

Arsjad Rasjid juga mengingatkan bahwa memiliki jabatan sebagai pemimpin itu tak selamanya enak. Justru sebaliknya, Anda punya tanggung jawab untuk mengajak tim yang dipimpin untuk bersama-sama mencapai tujuan organisasi dan membantu subordinasi untuk berkembang, membangun karir, serta mempersiapkan diri untuk peran yang lebih besar.

You may also like

More in Inspirasi