Kesempatan untuk mendirikan bisnis terbuka bagi semua orang termasuk kaum disabilitas. Namun, karena keterbatasan yang dimiliki mau tak mau mereka harus berupaya lebih keras daripada orang lainnya. Fenomena seperti ini seharusnya menjadi perhatian semua pihak agar tidak terjadi ketimpangan.
Namun saat ini pemerintah cakap dalam melihat ketimpangan tersebut dengan memberikan lebih banyak kemudahan dan bimbingan bagi difabel untuk lebih merdeka dalam berkarya lewat UMKM. Ditambah lagi, dengan adanya misi untuk menjadikan ASEAN sebagai pusat perekonomian dunia, mulai ada langkah-langkah konkret yang mendukung para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah di berbagai lapisan, termasuk kaum disabilitas.
Itulah yang saat ini sedang dilakukan oleh ASEAN-BAC, tanpa pandang bulu mengajak seluruh UMKM di Asia Tenggara untuk bersama-sama maju, mewujudkan kemandirian dan kemajuan ASEAN. Termasuk juga di dalamnya pebisnis dengan disabilitas.
Bagaimana cara ASEAN BAC mengakomodir UMKM penyandang disabilitas? Arsjad Rasjid memberi gambarannya kala berbincang dengan Liputan 6 Talks.
Semua pelaku UMKM, termasuk penyandang disabilitas, layak untuk maju
Saat berbincang dengan Liputan 6 Talks mengenai peran ASEAN BAC mengembangkan UMKM sebagai salah satu pendukung perekonomian terkuat ASEAN, Arsjad Rasjid ditanya mengenai bagaimana cara mengakomodasi para disabilitas yang juga menjadi pelaku usaha mikro, kecil dan menengah.
Menjawab pertanyaan tersebut, Arsjad Rasjid mengatakan bahwa berbicara tentang pertumbuhan ekonomi, tidak ada perbincangan tentang perbedaan.
“We cannot leave anybody behind,” tegas pria yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Kadin Indonesia tersebut.
Pernyataan tersebut tentu menjadi bukti bahwa ASEAN BAC tidak memperdulikan keadaan fisik seseorang. Lebih penting bagi semua pihak untuk maju bersama, tanpa terkecuali. Baik pengusaha yang sehat maupun memiliki disabilitas punya kesempatan yang sama untuk terus berkembang dan menjadi salah satu elemen dalam mewujudkan impian ASEAN sebagai pusat pertumbuhan ekonomi dunia.
Mengedepankan prioritas dan legacy untuk UMKM Asia Tenggara
Seperti yang kita ketahui bahwa Indonesia saat ini memegang kursi keketuaan ASEAN BAC. Kesuksesan pengembangan UMKM, terutama dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dunia dan menekan inflasi akan ditularkan kepada negara-negara serumpun yang tergabung dalam ASEAN. Lewat roadshow dan kunjungan di berbagai negara di kawasan Asia Tenggara, Arsjad Rasjid berdiskusi dan berbagi lima prioritas, yaitu transformasi digital, pembangunan berkelanjutan, kesehatan, ketahanan pangan, serta perdagangan dan investasi.
Tidak berhenti di situ, dari lima prioritas tersebut ada legacy berupa proyek-proyek yang akan diimplementasikan kepada pelaku UMKM se-Asia Tenggara, termasuk juga para penyandang disabilitas. Misalnya saja untuk transformasi digital yang mengusung ASEAN QR Code yang dibuat untuk memudahkan akses dan transaksi jual beli dari penjual dan kepada pembeli di lingkup Asia Tenggara. Selain itu juga ada Wiki Entrepreneurship, sebuah platform nirlaba yang merupakan bimbingan bagi pelaku UMKM yang bisa diakses dengan bahasa-bahasa lokal.
Ada sekitar tujuh legacy yang saat ini menjadi panduan bagi ASEAN BAC untuk menjalankan misi ASEAN sebagai episentrum perekonomian dunia. Semua poinnya bukan hanya memudahkan pelaku usaha, namun juga kaum marjinal yang ingin menjadi pengusaha mikro, kecil dan menengah.
BACA JUGA: Cara Mengatasi Kemiskinan di ASEAN Bisa Melalui UMKM, Begini Pendapat Arsjad
Ini kesempatan yang sangat bagus bagi siapa pun dan di mana pun Anda berada. Saatnya untuk berani berwirausaha, menjadi pelaku UMKM dan memberi kontribusi untuk mengejar mimpi ASEAN sebagai kawasan negara maju yang kuat dan berkelanjutan.