UMKM Indonesia menjadi tulang punggung perekonomian dalam menghadapi resesi global. Hantaman pandemi COVID-19, eskalasi politik antarnegara yang semakin memanas menyebabkan permasalahan ekonomi dunia. Namun dengan adanya UMKM Indonesia bisa sedikit bernapas lega karena mampu memberikan kekuatan yang dibutuhkan untuk menjaga stabilitas perekonomian nasional.
Dikutip dari laporan United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD), tercatat di tahun 2022 kontribusi UMKM mencapai 60,3 persen terhadap PDB dan mampu menyerap 97 persen tenaga kerja di Indonesia. Angka tersebut menunjukkan besarnya peran UMKM di Indonesia dalam menjaga sekaligus memajukan perekonomian negara kita.
Dengan peran yang sangat vital tersebut, sudah sepantasnya Pemerintah lebih memperhatikan para pengusaha mikro, kecil, serta menengah. Terutama ketika persaingan bisnis dunia yang kian ketat, serta eskalasi global yang tak menentu dan bisa mengancam keberadaan pelaku UMKM di Indonesia.
UMKM Indonesia, backbone perekonomian yang perlu banyak perhatian
Dorongan untuk lebih memperhatikan UMKM Indonesia juga disuarakan oleh Arsjad Rasjid. Sebagai seorang pengusaha, alumnus Pepperdine University, California, AS tersebut memandang UMKM sebagai bagian penting dari pendorong laju perekonomian negara.
Pesan itu juga ia sampaikan saat menjadi narasumber untuk podcast YouTube CXO Media dengan tema ‘Menjadi Pemain Utama di Pasar Dunia.’ Sebuah jawaban dari pertanyaan host, Putri Tanjung tentang bagaimana seorang Arsjad Rasjid memandang UMKM Indonesia saat ini.
“Unfortunately masih banyak pengusaha-pengusaha itu masih di level mikro, atau pun kecil. Masih jarang yang menengah, apalagi besar,” jawab Arsjad.
Ketua Umum PB Perpani tersebut kemudian mengutip pernyataan dari Presiden Filipina, Bong Marcos yang berdiskusi dengan Arsjad kala dirinya melakukan presentasi.
“Arsjad, bukan hanya mikro. Nano!” tegas Arsjad menirukan pernyataan Bong Marcos.
Bagi Arsjad, inilah persoalan utama UMKM Indonesia. Kita sering menganggap usaha-usaha terkecil tersebut sebagai pondasi perekonomian negara, tetapi keberadaan mereka kebanyakan masih pada level terendah.
Dua langkah penting maksimalkan UMKM Indonesia
Berkaca dari permasalahan tersebut, Arsjad mengemukakan dua tugas penting yang harus segera dilakukan Indonesia. Pertama, Indonesia harus bisa menciptakan lebih banyak entrepreneur atau pengusaha-pengusaha.
“Lalu bagaimana meng-upgrade atau menaikkan kelas pengusaha tersebut. Dari yang nano menjadi mikro, mikro ke kecil, kecil ke menengah. Tujuan kita paling banyak mesti menengah. Malahan kalau bisa menengah kita buat yang besar-besar,” imbuhnya.
Arsjad menyadari bahwa ada jurang yang harus diperbaiki. Dengan mempersempit gap atau celah pemisah tersebut, ia berharap UMKM Indonesia bisa semakin menguatkan pondasi ekonomi negara.
Kolaborasi jadi kunci untuk tingkatkan kualitas UMKM
Selain itu, Arsjad juga melihat tentang bagaimana seharusnya luasnya cakupan UMKM. Jadi ketika berpikir tentang UMKM, bukan hanya soal makanan atau kuliner dan toko-toko kelontong saja, namun juga mendalami semua sektor ekonomi. Untuk mendukung pandangannya, ia ingin membangun ekosistem.
Salah satu contohnya adalah untuk pembuatan kendaraan listrik. Menurut Arsjad, harus ada ajakan dari industri-industri besar untuk berkolaborasi dengan UMKM Indonesia. Misal, industri yang lebih kecil memproduksi komponen-komponen agar bisa digunakan oleh industri besar dalam merakit kendaraan listrik.
BACA JUGA: Mengapa ESG Adalah Investasi Terbaik untuk UMKM? Berikut Pandangan Arsjad
Dengan adanya kolaborasi, ada juga harapan untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki UMKM Indonesia. Tak hanya itu, langkah ini juga bisa menjadi suatu kepercayaan diri bagi bangsa kita untuk bersama-sama maju ke depan menuju Indonesia Emas 2045.