Salah satu visi dan misi Arsjad Rasjid sebagai Ketua Umum PB Perpani adalah mencetak pemanah terbaik di dunia dari Indonesia yang mampu menembus kompetisi-kompetisi level internasional.
“Tidak hanya di level SEA Games di negara ASEAN saja tapi juga sampai ke level Asia dan Olimpiade. Kita harus bisa mendapatkan medali emas di Olympics games tahun depan,” katanya dalam pidato sambutan di depan pengurus induk organisasi olahraga panahan Tanah Air.
Ya, mencetak pemanah terbaik di dunia memang harus menjadi sebuah kenyataan, mengingat kompetitor-kompetitor lain juga semakin berkembang. Salah satu negara yang memiliki konsistensi melahirkan atlet panahan hebat dunia adalah Korea Selatan, yang selalu menjadi saingan hebat bagi Indonesia di berbagai ajang kompetisi.
Sang legenda yang mengenal panahan dari gurunya
Dari sekian banyak pemanah terbaik di dunia asal Korea Selatan, ada satu nama yang diakui sebagai atlet terbaik sepanjang masa berkat prestasi-prestasi menterengnya di olahraga panahan. Dia adalah Kim Soo-Nyung.
Lahir di Chungbeongbuk pada 5 April 1971, Kim Soo-Nyung adalah salah satu yang terbaik di dunia panahan internasional. Ia membuktikan diri dengan tampil di tiga Olimpiade berbeda, yaitu Seoul (1988), Barcelona (1992), serta Sydney (2000) dan mempersembahkan 6 medali untuk negaranya. Di antaranya adalah empat medali emas, satu perak, serta satu perunggu.
Siapa sangka, Kim Soo-Nyung bisa menjadi pemanah terbaik di dunia. Padahal pada awalnya ia memulai karier di olahraga ini hanya sebagai aktivitas sampingan selain sebagai pelajar.
“Seorang guru merekomendasikannya,” kenang Soo-Nyung, dikutip dari worldarchery.sport..
“Panahan hanyalah acara sepulang sekolah – saya memotret setelah belajar. Setahun kemudian, saya mengikuti kompetisi regional dan meraih perak individu,” imbuhnya.
Setelah sekian lama, akhirnya Kim Soo-Nyung tahu jawaban mengapa guru tersebut merekomendasikan panahan kepadanya. Pendidik itu mengatakan bahwa postur tubuhnya cocok sebagai pemanah karena tinggi dan memiliki lengan yang cukup panjang.
Berkat arahan sang guru, Soo-Nyung mulai memanah sejak usia 13 tahun. Tiga tahun kemudian, dirinya berhasil menembus tim nasional. Bahkan lebih dari itu, ia juga mencetak rekor dunia di nomor 30 meter sekaligus merebut medali emas individu di ajang ‘COQ France’, yang kini menjadi Piala Dunia Panahan.
Ketenangan Soo-Nyung, kunci memenangkan pertandingan
Di Timnas panahan, Kim-Soo Nyung memiliki dua kompatriot. Masing-masing berhasil mengukir prestasi dari raihan yang memuaskan, tetapi Kim mampu membuktikan diri dengan terus meningkatkan apa yang telah ia capai sebelumnya. Di salah satu ajang, ia juga mampu meraih poin 90.
“Saya menembakkan sembilan anak panah pada jarak 30 meter dan mendapatkan 90 poin sempurna, saya merasa lebih percaya diri dan menjadi lebih baik dan lebih baik lagi,” tegasnya.
Selain postur tubuh, ada satu kelebihan Soo-Nyung yang membuatnya bisa menjadi salah satu pemanah terbaik di dunia, yaitu ketenangan yang luar biasa.
“Saya ingat berdiri di garis tembak, target nomor satu. Jumlah fotografernya terlalu banyak, mungkin 30 atau 50 orang. Mereka mengambil terlalu banyak gambar dan sangat berisik, dengan kamera film pada saat itu,” ceritanya.
“Saya ingat berpikir: ‘Lakukan tugas Anda dan ambil foto saya dengan baik. Saya akan menembak dengan berani, seperti yang saya lakukan saat latihan, saya akan memikirkan performa saya dan apa yang saya lakukan, bukan performa Anda,” lanjut Soo-Nyung.
Dengan performa hebat, Kim Soo-Nyung meraih medali emas Olimpiade Seoul di nomor perorangan. Ia mengungguli dua rekannya, yaitu Wang Hee-Kyung dan Yun Young-Sook, sekaligus menyapu podium untuk Korea Selatan. Sementara di nomor beregu, ketiganya berhasil mengungguli Srikandi panahan Indonesia, yaitu Nurfitriyana Saimana, Lilies Handayani, dan Kusuma Wardhani yang saat itu meraih medali perak, sekaligus medali pertama negara kita di ajang Olimpiade.
Di usia yang masih muda, yaitu 17 tahun, Soo-Nyung membuktikan diri sebagai salah satu atlet pemanah terbaik di dunia. Berlaga di ajang sekelas Olimpiade dan mampu meraih medali emas ganda, di nomor individu dan beregu. Luar biasa!
Pemanah terbaik di dunia itu miliki julukan ‘The Viper’
Berkat aksinya, Soo-Nyung mendapat julukan baru di dunia panama yaitu ‘The Viper.’ Panggilan yang disematkan karena ia selalu tampil garang dan mengagumkan di setiap tarikan tali busur dan anak panah.
“Salah satu pelatih mulai memanggil saya seperti itu. Kupikir itu nama panggilan yang bagus, karena membuat orang mengira aku lebih kuat dari diriku yang sebenarnya,” tuturnya.
Kim Soo-Nyung sendiri menyadari kekuatan yang membuat dirinya menjadi yang terbaik di olahraga panahan saat itu. Ia mengatakan sendiri bahwa dirinya memiliki stabilitas lengan busur yang kuat dan tembakan cepat.
“Lengan busur yang kuat adalah elemen teknik yang paling penting, karena merupakan bagian yang paling banyak menyebabkan kesalahan. Tembakan cepat memberi saya penampilan terbaik, namun menurut saya setiap pemanah harus menemukan waktu yang tepat untuk mereka,” ungkapnya.
Selain fisik, Soo-Nyung juga memahami pentingnya mental di setiap pertandingan untuk menjaga konsistensi menuju kemenangan. Ia mengatakan bahwa performa yang stabil adalah hal terpenting bagi seorang pemanah. Apa pun perasaan seorang atlet, kebanyakan mereka yang meraih medali emas selalu tampil konsisten. Ia menganggap bahwa konsistensi adalah suatu kemampuan.
“Anda harus mempelajari apa yang harus dilakukan, kemudian mempelajari diri sendiri dan perasaan Anda, dan terakhir memberikan pertunjukan,” ujarnya.
Namun seperti manusia pada umumnya, Kim Soo-Nyung juga tak luput dari kegagalan. Ada masa di mana dirinya melewatkan kesempatan emas dan harus menyerahkan kemenangan kepada atlet lain. Salah satu contohnya adalah ketika menghadapi rekan setimnya Cho Youn-Jeon di babak head-to-head Olimpiade Barcelona 1992 (kini menjadi kompetisi individu).
Cho Youn-Jeon dikenal memiliki ketenangan yang mengesankan. Konon katanya, latihan untuk fokus pikiran tersebut ia lakukan dengan berjalan-jalan melewati kuburan di malam hari. Mitos ini semakin meyakinkan ketika Cho Youn-Jeon mampu mengalahkan Soo-Nyung dengan selisih tujuh poin dan meraih medali emas di ajang tersebut.
Comeback yang mengesankan di Olimpiade 2000 Sydney
Sempat vakum dari dunia panahan setelah menikah di tahun 1994, Soo-Nyung ternyata tak bisa berpindah ke lain hati. Bagaimanapun, busur dan anak panah adalah dunianya. Ini yang mendorong keputusannya untuk bekerja kepada salah satu produsen panahan Korea.
Dari awalnya menjadi model, ia kembali berlatih panahan. Tampaknya Soo-Nyung keterusan dan akhirnya terpilih sebagai salah satu andalan untuk Olimpiade 2000 di Sydney, Australia. Dirinya menjadi momok bagi pemanah-pemanah muda, termasuk para juniornya di Timnas panahan Korea. Pengalaman saat menjadi atlet yang ia dapatkan kembali saat mempersiapkan diri menjadi bekal untuk terus melaju, babak demi babak.
Di Olimpiade ini, Soo-Nyung berhasil meraih medali perunggu untuk individu dan medali emas untuk beregu. Tak hanya menjadi atlet, ia juga merupakan panutan bagi pemanah-pemanah muda.
“Kami belajar dari kepercayaan dirinya. Kami belajar hanya dari melihatnya memanah dengan percaya diri,” jelas rekan setim, Kim Nam-Soon.
Begitu juga dengan atlet yang mengalahkannya di nomor individu Olimpiade Sydney 2000, Yun Mi-Jin. Menurutnya, Soo-Nyung adalah panutan dan sosok teladan yang membantunya meraih emas di event tersebut.
“Sungguh suatu kehormatan bisa berpartisipasi dalam Olimpiade bersama-sama,” kenang Mi-Jin.
BACA JUGA: Kusuma Wardhani: Mengenang Sosok Legendaris di Dunia Panahan Indonesia
Berkat dedikasi dan kehebatannya selama berkarir, di tahun 2011 Kim Soo-Nyung dinobatkan sebagai pemanah wanita abad 20 oleh World Archery. Kini Soo-Nyung fokus pada keluarga dan sesekali mengikuti pelatihan internasional. Usai diperkenalkan oleh panahan oleh gurunya, Soo-Nyung sepertinya, ia tidak akan pernah bisa meninggalkan dunia busur dan anak panah.
“Menurut saya panahan adalah olahraga terbaik untuk kehidupan yang hebat,” pungkasnya.