Perkembangan dunia akhir-akhir ini semakin tak menentu dengan semakin naiknya tensi geopolitik yang berpengaruh pada berbagai bidang. Pandemi Covid-19 di tahun 2019 yang akhirnya berlanjut pada ketidakjelasan pertumbuhan ekonomi. Hal ini terjadi bukan hanya di Indonesia saja, tetapi juga negara-negara di seluruh dunia.
Tekanan-tekanan ini tentu akan sangat berdampak bagi semuanya. Salah satu yang paling merasakannya adalah para pengusaha. Begitu juga dengan Arsjad Rasjid, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia. Berbicara dalam sebuah wawancara dengan CNBC Indonesia, ia mengatakan bahwa pengusaha Indonesia harus lebih waspada dalam menghadapi tantangan ini.
Pengusaha harus tetap optimis di tengah krisis
“Saya coba borrow dari kata-kata Pak Jokowi (untuk) ‘waspada.’ Tapi kita harus, waspada iya tapi kita harus optimis,” kata Presiden Direktur PT Indika Energy Tbk. tersebut.
Hal ini, menurut Arsjad, merupakan sebuah human nature. Bila seseorang berpikiran negatif secara sadar dan output-nya juga negatif, berbagai hal negatif pun juga akan menyelimuti kita. Untuk menghindari keburukan, Arsjad menyarankan untuk selalu memberikan energi positif.
Begitu juga dalam konteks ekonomi. Pemikiran yang negatif akan menghasilkan ketidakjelasan ekonomi. Contoh paling nyata dan sedang terjadi adalah resesi. Untungnya di Indonesia, ketidakjelasan kondisi ekonomi ini hanya terjadi satu tahun di tahun 2021, saat Pemerintah dan masyarakat harus berjibaku melawan pandemi Covid-19.
Berkat positivitas di berbagai hal, pada tahun 2022 negara kita berhasil keluar dari jurang resesi. Penanganan yang sangat baik membuat perekonomian kembali menggeliat, status pandemi dicabut, dan masyarakat kembali bergairah untuk bekerja, menggerakkan ekonomi kita di angka 5%, penekanan terhadap inflasi yang sangat baik, yang akhirnya membawa pengakuan dunia terhadap Indonesia.
Tak terpengaruh geopolitik, jaga tren positif
Dengan melihat lonjakan-lonjakan yang justru terjadi di tengah resesi global, Arsjad menyarankan pengusaha Indonesia untuk menjaga tren positif ini, menjaga angka makro dan pasar domestik yang baik untuk keberlanjutan dan perkembangan ekonomi negeri.
“Ini penting, supaya kita nggak punya dependensi terhadap luar (negeri),” ujar pria yang saat ini dipercaya sebagai Ketua Umum PB Perpani.
Arsjad mengambil contoh negara tetangga, Singapura, yang mengalami penurunan ekonomi akibat memiliki dependensi yang besar terhadap negara-negara lain. Berbeda dengan Indonesia yang masih memiliki domestic market.
BACA JUGA: Politik Indonesia Hari Ini di Mata Seorang Arsjad Rasjid
Sebagai penutup mengenai pandangan Arsjad Rasjid terhadap pengusaha di tengah naiknya tensi geopolitik dan kenaikan suku bunga, ia mengingatkan pebisnis-pebisnis Indonesia diharapkan terus menjaga pasar domestik agar pertumbuhan ekonomi tetap terjaga di tengah ketidakpastian kondisi global.