Teknologi Artificial Intelligence (AI) atau yang biasa kita sebut sebagai kecerdasan buatan merupakan sebuah penemuan mutakhir yang menciptakan banyak kemudahan bagi manusia. Secara umum, kecerdasan buatan merupakan salah satu bidang ilmu komputer untuk memecahkan masalah kognitif yang berkaitan dengan kecerdasan manusia. Contohnya seperti dalam hal pembelajaran, pemecahan masalah, serta pengenalan pola.
Seperti disebut di atas bahwa kecerdasan buatan merupakan teknologi komputer yang dimaksudkan untuk semakin memudahkan tugas-tugas manusia. Dari menulis, kita kini bisa melakukan banyak hal lewat suara saja. Misalnya untuk mencari rute, menemukan arti kata yang sulit, berkirim pesan, dan banyak lagi lainnya.
Sekali lagi, kecerdasan buatan diciptakan untuk kemudahan manusia. Jadi tidak heran bila dalam perkembangannya, ada banyak tugas-tugas yang umumnya kita kerjakan, kini diambil alih oleh robot atau komputer. Tujuannya, tentu saja untuk efisiensi perusahaan, di mana mereka dapat menekan cost untuk membiayai gaji dan lain sebagainya.
Akibatnya, banyak pekerja yang merasa terancam dengan ekspansi yang dilakukan oleh teknologi kecerdasan buatan ini. Ada kekhawatiran bahwa suatu saat nanti, manusia tak bisa lagi mendapatkan sumber penghidupan karena semuanya dikerjakan oleh komputer.
Kecerdasan buatan itu ‘keren tapi menakutkan’
Bagaimana tanggapan pengusaha dalam menghadapi isu ini? Arsjad Rasjid mencoba menjawab tantangan zaman tersebut dalam wawancaranya bersama CNBC Indonesia.
“Yang seperti AI (kecerdasan buatan) ini keren, tapi menakutkan,” ungkap Arsjad, menjawab pertanyaan tentang teknologi dan digitalisasi dalam mengakselerasi pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Arsjad mengakui bahwa teknologi kecerdasan buatan menghadirkan ketakutan dalam dirinya. Satu ketakutan apabila suatu saat nanti jumlah pengangguran akan mengalami peningkatan signifikan sebagai dampak dari pemanfaatan AI tersebut.
Kadin Indonesia siap berperan cetak generasi pekerja melek digitalisasi
Menghadapi hal ini, Arsjad Rasjid dan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia telah mempersiapkan rencana-rencana yang akan membuat sumber daya manusia bisa bekerja secara berdampingan bersama komputer.
“Digitalisasi (itu) positif. Bisa create productivity, bisa create efficiency, tapi di sisi lain digitalisasi ini akan mengurangi pekerjaan,” jelas pria yang saat ini menjabat sebagai Presiden Direktur PT Indika Energy Tbk. tersebut.
Arsjad menerangkan bahwa sisi menakutkan kecerdasan buatan akan mengurangi banyak hal, terutama dari sisi pekerjaan karena akan digantikan oleh teknologi digital. Untuk itu, dirinya dan Kadin Indonesia sebagai wakil dari pengusaha, tengah mengupayakan langkah-langkah untuk mendorong investasi demi menciptakan lapangan-lapangan kerja baru. Hal lain yang juga wajib dipersiapkan adalah sumber daya manusia yang siap bekerja sama dengan teknologi digital.
Di sini ada kaitan erat antara peta jalan (roadmap) menuju Indonesia Emas 2045 dengan proses mempersiapkan tenaga kerja. Roadmap Indonesia Emas 2045 bisa dijadikan panduan oleh pengusaha dalam melakukan vokasi atau menemukan sumber daya manusia yang tepat dan siap bekerja bersama teknologi digital.
Ada dua hal penting yang digarisbawahi Arsjad Rasjid dalam persiapan ini. Pertama adalah melakukan persiapan ini sejak masa pendidikan yang targetnya adalah adalah para pelajar. Ia juga menekankan agar dalam vokasi, para pengajar lebih banyak memberikan praktek ketimbang teori.
Sementara untuk sasaran kedua adalah sumber daya manusia yang sudah bekerja. Arsjad mengingatkan para pengusaha untuk tetap memperhatikan nasib mereka. Caranya adalah dengan memberikan kursus-kursus tambahan untuk meng-upscale kemampuan mereka, terutama untuk bidang-bidang yang berkaitan dengan teknologi kecerdasan buatan.
“Harus berubah skill-nya. Harus di-upscale,” tegas Arsjad.
Langkah-langkah Kadin Indonesia perbaiki skill SDM
Kadin Indonesia pun juga telah mempersiapkan diri menghadapi tantangan zaman ini. Mereka menciptakan sebuah platform bernama ‘Kadin for Naker.’ Di sini, para pekerja Indonesia bisa melakukan upscaling dan reskilling kemampuan kerja mereka agar bisa tetap bersaing di era digitalisasi.
Kedua, Kadin Indonesia juga melibatkan diri dalam membuat rumusan kurikulum Indonesia. Mereka mendesain vokasi-vokasi sehingga menjadi bagian penting dari pendidikan siswa.
“Mungkin education system harus kita ubah. Yang di mana vokasi harus menjadi bagian (pendidikan),” ujar Arsjad.
Ia kemudian mencontohkan pendidikan di Eropa, di mana siswa sudah memiliki kesempatan untuk mengembangkan skill kerja dan mendapatkan sertifikat sejak level SMP. Pengembangan skill dilakukan secara berkelanjutan hingga mendapatkan gelar ahli dari perguruan yang lebih tinggi.
“Jangan terlalu banyak teori. 30% teori, 70% praktek,” imbuhnya.
Hal lain yang juga harus diperhatikan oleh masyarakat adalah bahwa tidak semua lapangan kerja itu tersedia di Indonesia. Ada banyak kesempatan untuk bekerja di luar negeri, contohnya di Jepang. Selain bekerja, kita juga bisa menyerap ilmu dan disiplin kerja dari negara lain agar suatu saat nanti bisa diterapkan ketika kembali ke Tanah Air.
Persiapan-persiapan untuk menghadapi ledakan teknologi digital ini sangat penting. Secara tegas Arsjad mengingatkan bahwa kalau Indonesia tidak siap, bukannya terjadi revolusi industri yang lebih maju, melainkan akan timbul revolusi sosial yang akan menghambat pertumbuhan ekonomi negara kita dan berpotensi menggagalkan proyek Indonesia Emas 2045.
BACA JUGA: Bagaimana Pekerjaan Masa Depan dengan Adanya AI? Begini Pendapat Arsjad
Ini saatnya bagi sumber daya manusia Indonesia untuk berbenah dan tingkatkan kemampuan agar makin siap bekerja serta bersaing bersama kecerdasan buatan demi menciptakan Indonesia yang lebih maju, berdaulat, dan makmur.