Kuliner nasi goreng babat Pak Karmin sudah terbukti kelezatannya dari waktu ke waktu. Ribuan testimoni langsung, food vlogger hingga di Google Reviews menggambarkan bagaimana legendarisnya usaha warung pinggiran ini untuk bertahan dan tak henti kedatangan pelanggan.

Tentu saja Arsjad Rasjid tak melewatkan kesempatan ini saat menyambangi kawasan Kota Lama di Semarang. Di saat malam hari mulai banyak tempat yang tutup, kawasan Jembatan Mberok di sekitar Jalan Pemuda dan Kali Semarang belum ‘tidur’. Masih ada beberapa warga yang menikmati suasana klasik gedung tua dan lampu-lampunya yang syahdu.

Pilihannya jatuh ke Nasi Goreng Babat Pak Karmin. Berikut ini petualangan kuliner yang juga dibagikan di akun Instagram dan Tiktok pribadi Arsjad Rasjid.

Sejarah nasi goreng babat Pak Karmin yang pernah tak laris

Pak Karmin merintis usaha kulinernya ini sejak tahun 1971 di bawah tenda di Jl. Pemuda, tepi Kali Semarang. Menu andalannya adalah nasi goreng babat, tetapi saat itu usahanya belum terlalu dilirik orang.

Pak Karmin coba berinovasi menawarkan menu baru, babat gongso. Dalam istilah memasak, teknik gongso merupakan pengolahan makanan dengan bumbu hingga setengah kering. Cara ini membuat bumbu masakan berempah bisa lebih meresap, legit dan aromanya makin keluar.

Rahasia kenikmatan kuliner ini adalah proses mengolah jeroannya. Dua jenis babat, yakni yang halus dan yang kasar, dicuci bersih oleh Pak Karmin dengan air mengalir untuk menghilangkan baunya.

Pak Karmin merebus babat dengan durasi 3 sampai 8 jam untuk mendapatkan tekstur lunak. Terutama untuk babat kasar. Setelah itu, barulah digongso dengan bumbu khas yang bercita rasa gurih manis pedas ala masakan Jawa.

Sejak menerapkan nasi goreng berpadu dengan babat gongso, Pak Karmin mulai kedatangan pelanggan yang tidak hanya sekali datang, tapi menjadi returning customer.

Sambil menikmati suasana Kota Lama Semarang dengan arsitektur klasik bersejarah, ditemani santapan lokal.

Pejabat hingga food vlogger pernah makan di sini

Untuk membuktikan, sudah banyak food vlogger panutan netizen sampai pejabat yang berkunjung kemari. Salah satu di antaranya pernah menyoroti spatula masak Pak Karmin yang bengkok. Ternyata selain bisa berfungsi mengaduk dan mengambil nasinya, juga bisa memberikan tekanan khusus sehingga memberikan sensasi nasi goreng yang lebih basah.

Kedatangan pembeli dari kalangan dan daerah yang beragam memungkinkan Pak Karmin mendengar masukan dan saran dari pembelinya. Customer feedback memang penting bagi bisnis agar tetap relevan dan menghasilkan inovasi. Sehingga bisa terus bersaing dan bertahan di tengah bisnis kuliner lainnya.

Kuliner lokal jadi pride kebanggaan daerah dan bangsa

Arsjad Rasjid juga sangat perhatian dengan perkembangan UMKM kuliner di Tanah Air. Beberapa yang pernah disambanginya ialah Warteg Kharisma Bahari yang terkenal dengan anak cabangnya, Bakmi Apin Bandung yang legendaris, bahkan di Singapura pun dirinya lebih memilih makan rawon khas Jawa Timur.

Kuliner memang tidak hanya memuat identitas daerah dan bangsa, tetapi di dalamnya ada juga kegiatan ekonomi dan pemberdayaan SDM yang terus bergerak. Karena itu setiap kali mampir dan mencicipi menu khas suatu daerah, Arsjad Rasjid akan bantu menjelaskan rasa, tak jarang mengulik kisah bisnisnya dengan sang owner dan mengajak publik untuk mencoba kuliner tersebut.

BACA JUGA: Kerja dan Kulineran Adalah Hobi Favorit Seorang Arsjad Rasjid, Mana Sih Yang Lebih Penting?

Lebih dari setengah abad berdiri, nasi goreng babat Pak Karmin menunjukkan bahwa eksistensi juga butuh inovasi. Apalagi di tengah gempuran iklim ekonomi pasca pandemi.

Dengan mendukung kuliner lokal di sekitar kita turut membantu kuatkan perekonomian nasional.

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Arsjad Rasjid (@arsjadrasjid)

You may also like

More in News