Untuk menjadi seorang panutan, Anda juga harus memiliki gaya kepemimpinan yang baik. Seperti suara yang dimiliki oleh penyanyi, setiap leader juga memiliki gaya kepemimpinan yang khas dan membedakannya dari orang lain. Untuk itu, pilihan ada di tangan masing-masing. Apakah ingin memberikan kesan sebagai pemimpin yang dicintai, atau justru dibenci karena gaya kepemimpinan yang Anda tunjukkan kepada para bawahan.
Bicara tentang gaya kepemimpinan, secara umum bisa diartikan sebagai cara seorang pemimpin dalam memanajemen tim yang dibimbingnya dalam mencapai tujuan organisasi. Ini mencakup tentang perilaku, nilai serta cara yang digunakan seorang pimpinan untuk menggerakkan anggota tim menuju pencapaian yang diinginkan.
Gaya kepemimpinan ASA ala Arsjad Rasjid
Bila ingin belajar tentang gaya kepemimpinan, salah satu yang bisa dijadikan teladan adalah Arsjad Rasjid. Tak hanya memiliki style kebapakan yang bikin adem banyak orang, Arsjad juga memiliki pendekatan ASA. Hal ini ia kemukakan saat menjadi narasumber untuk podcast YouTube bersama Gita Wirjawan.
Hadir dalam perbincangan bertema ‘Bernegara dan Berbisnis di Tengah Machiavellianisme,’ pria yang akhir-akhir ini disibukkan menjadi Ketua Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud ini mengatakan bahwa dirinya memiliki gaya kepemimpinan ASA.
“What is my leadership, saya bisa mengatakan.. ASA,” katanya kepada Gita Wirjawan.
Lebih lanjut Arsjad menjelaskan bahwa dalam bahasa Indonesia, asa adalah harapan. Dalam point of view seorang pimpinan, ASA bisa diartikan sebagai seseorang yang bisa memberikan harapan, baik kepada orang-orang yang bekerja untuknya (subordinate) juga kepada diri sendiri.
“Because, as you go up the ladder, itu kan, lonely. Siapa lagi yang bisa memberikan harapan kecuali diri sendiri?” tutur Ketua Umum PB Perpani tersebut.
Demi mewujudkan atmosfer kerja yang nyaman serta menunjang kinerja diri sendiri dan orang lain, kita harus memiliki gaya kepemimpinan yang memancarkan aura positif. Di sinilah peran ASA bekerja.
“ASA itu kan, A(uthentic), S-nya Spiritual, A-nya lagi Agility,” jelasnya.
Seorang pemimpin harus menjadi diri sendiri
Dimulai dengan Authentic, Arsjad percaya bahwa seorang pemimpin yang otentik itu sangat penting dalam membangun sebuah tim. Ia mengatakan bahwa seseorang harus menjadi dirinya sendiri, tanpa harus mengikuti gaya kepemimpinan orang lain.
“Kadang-kadang orang ngikutin jadi orang lain, gitu. Jangan ikutan orang lain. Lu belajar leadership mereka, boleh. Tapi don’t follow (them),” tegas Arsjad.
Pesan ini dikhususkan Arsjad Rasjid kepada anak-anak muda. Sebagai penerus bangsa di masa mendatang, sebagian dari mereka pasti akan menjadi pemimpin. Ada begitu banyak inspirasi yang hadir dan itu bagus sebagai teladan. Namun ia berpesan supaya contoh tersebut justru jangan mengubah sisi otentik Anda sendiri.
“You have to build your own karena kita semua, nih, manusia, Tuhan memberikan kita (talenta) leadership itu. So, authenticity itu penting, menurut saya. That is creating of positive energy tadi,” ujarnya.
Memimpin berdasarkan values agar tak kehilangan jati diri
Selanjutnya, Arsjad menjelaskan fungsi Spirituality dalam gaya kepemimpinan. Sisi ini juga tak kalah penting dari Authenticity karena setiap orang harus memiliki nilai.
Arsjad mencoba mengambil contoh dari perusahaan yang ia pimpin sendiri, yaitu Indika Group. Dari bisnis komputer, kini Indika memiliki berbagai jenis usaha, termasuk yang paling baru adalah menciptakan kendaraan listrik beserta ekosistemnya untuk menunjang pembangunan yang berkelanjutan di Indonesia.
“Indika itu bisnisnya macam-macam. How do we tight everybody, itu dengan values,” tukasnya.
Arsjad percaya bahwa ketika perusahaan memiliki nilai-nilai yang baik, hal itu akan menjaga mereka yang ada di dalamnya untuk memiliki tanggung jawab menjalankan pekerjaan mereka, juga dengan baik.
Tak hanya di perusahaan, Arsjad juga menanamkan values kepada keluarganya. Sambil tersenyum ia mengatakan kepada Gita bahwa konsep tersebut juga digunakannya kepada anak-anak saat pacaran atau akan menikah.
Menurut Arsjad, gaya berkeluarga di Indonesia berbeda dengan luar negeri. Di tempat lain, suami istri harus saling beradaptasi. Sementara di Indonesia juga memiliki gaya yang sama, namun dengan tambahan ‘pekerjaan rumah’ yang harus dilakukan pasangan suami dan istri, yaitu menjaga nilai-nilai bersama keluarga.
“Bukan hanya husband and wife, tapi sama keluarga, begitu kan? Itu penting, Jadi I always said to my children, one thing I learned dalam kehidupan ini (yaitu) values,” tukas Arsjad.
Dari diri sendiri dan keluarga, kita juga bisa membawa gaya kepemimpinan dengan mendahulukan values ke dalam perusahaan. Begitu banyak ide dan saran untuk membuat perusahaan menjadi lebih baik. Namun Arsjad menjelaskan bahwa pemimpin harus memiliki filter, yaitu dengan mendahulukan values.
“That is, I think, very important. So, spiritual to define that values,” imbuhnya.
Agility pelengkap gaya kepemimpinan yang gigih dan kuat
Dari nilai-nilai, penjelasan Arsjad tentang gaya kepemimpinan berlanjut pada poin ketiga, yaitu Agility. Menurutnya, Agility di dalam pikirannya diwakili oleh tiga hal, yaitu kemampuan beradaptasi (adaptability), inovasi (innovations), serta kekuatan untuk bangkit dari kegagalan (resilience).
Ketiga hal yang tergabung dalam Agility tersebut harus menjadi bagian dari gaya kepemimpinan Anda dalam menjalankan bisnis. Khususnya ketika iklim usaha saat ini yang begitu cepat berubah.
“Kita nggak tahu. Kemarin pandemi, kejadian, kita mesti agile, kan? Adaptasi situasi. Sekarang Indonesia juga punya tantangan banyak ke depan, we have to be agile,” ungkapnya.
BACA JUGA: Arsjad Rasjid: Pemimpin Harus Bisa Memberikan Harapan
Itulah gaya kepemimpinan ala Arsjad Rasjid dengan ASA, yaitu Authentic, Spiritualilty, serta Agile. Tiga hal penting yang harus dimiliki generasi muda, terutama bagi mereka yang memiliki jiwa-jiwa leadership, yang bakal menjadi ujung tombak kemajuan bangsa di masa depan.